Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Sabtu, April 11, 2009

*** Bahasa Tubuh Politisi Kita***

Peran Bahasa Tubuh Politisi Kita
Oleh Arif Saifudin Yudistira*)

Seperti kita ketahui bersama, tubuh kita bisa mengucapkan pesan yang bisa kita terjemahkan dan tafsirkan masing-masing oleh yang melihat tubuh kita ini. Tubuh kita mampu mengungkapkan pesan melalui simbol-simbol yang dimanifestasikan melalui kedipan mata, lambaian tangan, ekspresi muka, ataupun gerakan pada tangan atau kaki kita.Inilah yang sering kita namakan bahasa tubuh.
Tidak jauh beda saya pikir dengan apa yang ada dalam baliho,banner, spanduk ataupun pamflet-pamflet yang ada di sekitar rumah atau pinggiran jalan raya yang dipasang oleh para calon legislatif kita. Michael Foucault pun sudah lama mengungkapkan ini : “ Dalam setiap masyarakat, tubuh senantiasa menjadi obyek kuasa. Tubuh dimanipulasi,dilatih,dikoreksi,menjadi patuh, bertanggung jawab,menjadi terampil dan meningkat kekuatannya. Tubuh senantiasa menjadi obyek” kuasa”baik di dalam “anatomi metafisik”pun dalam arti “teknik politis”. Lebih jauh lagi foucault juga mengatakan :”Teknologi politis terhadap tubuh akhirnya sampai pada perhatian terhadap tubuh yang tadinya harus disiksa -sampai pada tubuh yang harus dilatih agar disiplin”.
Bisa kita lihat lebih jauh hal ini pada sosok SBY yang melambaikan tangannya,dengan senyuman, Prabowo yang berjabat tangan dengan orang desa, sutrisno bahir yang tersenyum lebar, atau pada megawati dengan gaya seperti mempersilahkan tamu sambil tersenyum.
Bahasa tubuh para politisi kita sangat berperan dalam membangun “kuasa” para calon legislatif kita juga bagi mereka. Dengan dipasang Puan dan Mega dengan bahasa tubuhnya misalnya, ini seakan-akan pencalonan caleg tersebut sudah didukung oleh megawati. Begitupun dengan SBY dengan bahasa tubuhnya yang kharismatik, akan membuat para calon legislatif kita lebih dipercaya masyarakat (dalam tanda kutip) pendukungnya. Juga dengan prabowo, Wiranto, Ataupun Sutrisno Bachir.

Dari bahasa tubuh yang begitu banyak kita lihat, kita akan bisa membaca bahwa bahasa tubuh tersebut memang mempunyai peran seperti yang dikatakan Foucault dengan “teknologi politis” yang berujung pada perebutan kekuasaan.
Bisa jadi seseorang caleg yang kurang populer, atau bahkan caleg jadi-jadian dengan bahasa tubuh yang bagus akan lebih dipilih oleh masyarakat karena kepiawaiannya dalam mengemas“ teknologi politisnya”melalui bahasa tubuhnya daripada para caleg yang berkualitas tapi kurang lihai dalam mengemas bahasa tubuh ini.

















*)Penulis adalah mahasiswa UMS semester 6, Aktivis IMM SOLO

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda