Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Kamis, Maret 12, 2009

"PEmuda daN Titik balik Pemerintahan bangSa" *)*)

Disposisi Kaum Muda Dan
Dilematika Estafet Kepemimpinan Bangsa
Oleh Arif Saifudin Yudistira*)**)

“Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya; berikan aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” (Sukarno)

Apa artinya sebuah bangsa yang dibangun dengan megah dan fondasi yang kokoh akan tetapi ia lupa meningggalkan generasi yang menopangnya. Pemuda, yah pemuda itulah yang kelak akan menjadi generasi penerus,dan pemangku jabatan serta pemangku estafet bangsa nantinya.
Yang menjadi pertanyaan kemudian, sampai daimana posisi pemuda indonesia saat ini?.Pemuda kita saat ini terasa gamang menemukan visi-dan misinya ke depan?. Jaman sekarang memang jaman yang begitu sulit dan serba membingungkan. Selain tantangan yang dihadapi begitu besar, fondasi gerak para pemuda kita begitu minim.
Masalah ini tidak terlepas tentunya dengan masalah pendidikan yang ada di negeri kita ini. Ada perbedaan mendasar yang menurut saya penting untuk kita cermati terkait dengan pola pendidikan kita saat ini dengan pola pendidikan kita pada saat Tan malaka, Semaun,ataupun Syahrir. Pada masa Tan malaka, pendidikan kita dilengkapi dengan wacana-wacana yang visioner bukan hanya pragmatis, selai n itu nilai-nilai humanisasi selalu di ajarkan pada mereka, sehingga tidak heran umur 12-15 tahun mereka sudah siap berjuang dengan segala kemungkinan.


Sedangkan hal ini berbeda dengan pendidikan kita saat ini yang belum mengajarkan kelengkapan dan bekal serta kecakapan hidup. Tidak heran yang ada selama ini pemuda adalah masalah baru yang menjadi PR rutinitas bagi pemerintah. Karena hanya mencetak pengangguran baru, sehingga posisinya justru cenderung dikesampingkan.
Apakah benar seperti itu keadaannya saat ini? Jawabannya tentu tidak bisa kita jawab begitu saja. Ada dua jawaban bisa yah bisa tidak. Yah, ini terbukti banyak pula tenaga-tenaga ahli kita setelah lulus sekolahan ataupun universitas ternama di negeri luar, diperhitungkan disana. Bisa tidak, karena masih banyak dari pemuda kita hanya mencetak pengangguran baru.
Posisi pemuda saat ini mengalami pergeseran yang amat sangat. Bisa kita lihat pada masa GIE, pemuda berada pada posisi yang moderat, dan independen. Akan berbeda ketika melihat saat ini pemdua kita seperti Rizal malarangeng, Andi malarangeng, ataupun Anas Urbaningrum, yang kini justru berselingkuh dengan penguasa. Salahkah?
Saya kira perlu ditegaskan kembali bukan pada salah atau tidak salah melainkan, perlu ada garis pembagian yang jelas antara peran masing-masing dan selama bisa mempertanggung jawabkan dengan apa yang dilakukan saya pikir itu tiada masalah.
Pemuda sering kali dipandang masih murni baik pada sisi idealisme, wawasan dan kecakapan yang luas, dan rasa empati pada kaum mustad'afin masih kentara, serta semangat yang menggebu-gebu dalam menyuarakan suara rakyat kita.
Menurut saya,Disposisi inilah yang saat ini menjadi masalah besar. Banyak pemuda kita saat ini kuliah, bekerja, hanya melayani kepentingan para pemodal saja. Sehingga tidak heran, apa yang menjadi tanggungjawabnya terlupakan, yaitu meruwat dan menjaga amanah atau penyambung lidah rakyat.
Apa kaitannya dengan estafet kepemimpinan bangsa?. Maka tidak heran pemuda saat ini yang tergesa-gesa memangku amanah”nyaleg” kemudian seringkali kurang berbekal pengalaman yang cukup, dan terlalu prematur menyandang apa yang dinamakan wakil rakyat.


Yang kemudian terjadi adalah kegamangan visi dan misinya, sehingga ini berdampak pada jalannya kepemimpinan pemuda yang cenderung pragmatis, oportunis, dan pro kapitalis tentunya. Karena modal, bekal, serta kesiapan itu tidak dipersiapkan dari dini. Juga karena pemuda saat ini hanyut dalam pusaran ideology, pusaran gaya hidup, serta pola pikir yang cenderung membawa pada kegamangan. Sehingga perlu kiranya pemuda sebagai “the middle between government and peoples”,”the agent of social control”, and “agent of change” tentunya bisa diwujudkan.
Akhirnya pemuda yang siap menghadapi kemungkinan dan tantangan akan mustahil diwujudkan tanpa bangunan kesadaran, serta bangunan pola pikir yang cukup untuk mendukung analisa dan ketajaman di dalam menanggapi permasalahan bangsa saat ini salah satunya adalah masalah kepemimpinan.










*) Aktivis IMM KOM KI HAJAR DEWANTARA CABANG SURAKARTA

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda