Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Rabu, Maret 11, 2009

"ThinK GloBaL At Local"

Oleh Arif Saifudin yudistira*)
Berfikir global dengan tidak meninggalkan kearifan local. Inilah prinsip yang menurut saya sesuai untuk menghadapi era globalisasi saat ini. Termasuk dalam hal ini untuk mempertahankan bahasa kita, bahasa Indonesia.
Kearifan local disini diartikan bagaimana khasanah budaya kita bisa kita munculkan dalam dunia internasional. Bisa kita tunjukkan kepada dunia luar bahwa kita mempunyai sesuatu yang luar biasa yang di dunia lain tidak ada.
Indonesia memiliki banyak khazanah budaya yang bisa kita tunjukkan ke dunia luar, diantaranya seni gamelan, tari, ataupun wayang. Khazanah budaya itulah yang nantinya akan mengangkat kita kepada bangsa yang besar yang tidak meninggalkan budayanya.
Selain itu, dalam hal bahasa, bahasa Indonesia juga merupakan bahasa yang diperhitungkan dunia, saat pemerintahan Sukarno dekat dengan Negara rusia, bahasa Indonesia sempat menjadi pelajaran di perguruan tinggi pada pemerintahan rusia oleh para pelajar kita yang belajar disana.
Hal ini menunjukkan bahasa kita bukan bahasa yang jelek, akan tetapi bahasa yang menarik, dan mudah dipelajari. Untuk itu, bagaimana bahasa kita bisa diperhitungkan oleh bangsa lain,tergantung dari kita masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi bahasa Indonesia.


Namun, ketika melihat Solo kita melihat hal yang ironis, ketika Solo memantapkan diri sebagai kota budaya, yang terjadi justru lain. Penggunaan nama mall, nama hotel, maupun pada penyelenggaraan event tidak mencerminkan bahwa Solo konsisten dengan jargonnya.
Kita bisa melihat pada nama “Solo SquaRE, Hotel Lor in, Novotel, maupun kata “night market” yang baru-baru ini juga digunakan dalam penamaan ikon solo. Seharusnya Solo tidak malu memakai nama hotel, mall, ataupun nama event yang ada di solo dengan menggunakan bahasa Indonesia. Sebab dengan memakai bahasa Indonesia justru kharakteristik kita akan terlihat dari sana, bahwa kita menjunjung tinggi bahasa dan budaya kita.
Benturan Globalisasi
Tidak bisa kita pungkiri globalisasi adalah sesuatu yang ada saat ini. Namun, bagaimana kita menyikapi hal itu dengan sikap bijak itulah yang penting. Solo merupakan kota yang cukup diperhitungkan di dunia internasional. Setelah menjadi tuan rumah SIEM dan WHCC.
Selain itu, Solo dengan beberapa objek wisata yang khas banyak menarik wisatawan asing untuk datang ke Solo. Seperti Keraton, museum radya pustaka, juga taman sri wedari,ataupun pasar klewer.
Untuk menunjukkan atau mengenalkan tempat-tempat tersebut kepada dunia luar, tidak perlu kiranya solo memakai bahasa asing. Biarlah natural seperti apa adanya, karena turis juga tidak melihat ketertarikan pada tempat wisata di kota solo, bukan karena penamaan yang menggunakan bahasa inggris.
Langkah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah kota solo adalah tidak lagi menggunakan nama-nama ikon ataupun nama tempat menggunakan bahasa asing. Karena masyarakat sudah cukup bangga dengan bahasa Indonesia. Selain itu, menggunakan bahasa Indonesia juga tidak berpengaruh dengan banyaknya wisatawan yang datang ke kota Solo. Dan justru memperkuat tekad solo dalam rangka mewujudkan kota budaya.
Oleh karena itu, globalisasi yang ada saat ini harus kita sikapi dengan cara yang bijak, sehingga globalisasi bisa kita manfaatkan dengan menunjukkan kharakteristik budaya kita kepada dunia luar. Bukan malah membuat kita semakin tidak percaya diri mengangkat nilai-nilai kearifan local kepada dunia.
Selain itu, dalam hal pemakaian bahasa Indonesia yang saat ini mengalami degradasi, harus kita perbaiki bersama-sama. Termasuk para pemimpin kita yang menjadi contoh bagi warganya, salah satunya dengan menggunakan bahasa Indonesia pada ikon dan tempat-tempat umum dengan bahasa Indonesia.
Sehingga solo dengan jargonnnya sebagai kota budaya benar-benar dirasakan gaungnya oleh kota lain, bangsa Indonesia, bahkan dunia. Dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan local yang ada di kota solo, termasuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia.





Penulis adalah Mahasiswa Bahasa Inggris Semester 6,Aktivis IMM surakarta

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda