KEmerdekaan : MErdeka SepeNuhnya
Kemerdekaan : Merdeka Sepenuhnya!!!
Oleh Arif Saifudin Yudistira*
”Kemerdekaan berarti mengakhiri untuk selama-lamanya penghisapan bangsa oleh bangsa yang tak langsung maupun yang langsung”(Soekarno)
Bulan Agustus adalah bulan yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Karena dibulan ini bangsa Indonesia merayakan sebuah peristiwa yang bersejarah yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia. Sampai hari ini bangsa Indonesia telah 62 tahun mengisinya dengan berbagai aktifitas sebagaimana diamanatkan oleh pendiri bangsa ini.
Jika kita sedikit merenung tentang negara kita saat ini, tentu dalam benak kita akan ada banyak pertanyaaan, salah satunya, apakah negeri ini sudah merdeka?. Bisakah negeri kita bangkit ?. 62 tahun Indonesia merdeka, namun apakah selama ini rakyat Indonesia sudah merasakan sebuah kemerdekaan?.
Jawabannya adalah belum sepenuhnya, hal ini bisa dilihat dari makna kata merdeka itu sendiri, kita belum bisa mewujudkan sepenuhnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “merdeka” mengandung tiga makna. Pertama, bebas dari (penghambaan, penjajahan, dsb) atau berdiri sendiri. Kedua, tidak terkena atau lepas dari tuntutan. Ketiga, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, atau leluasa.
Seperti pesan Soekarno diatas, bahwa merdeka berarti mengakhiri selama-lamanya bentuk penghisapan oleh bangsa, baik langsung maupun tidak langsung. Yang terjadi saat ini justru sebaliknya, Indonesia secara tidak sadar,telah dijajah secara langsung maupun tidak langsung.
Kita dijajah secara tidak langsung melalui gencarnya arus gesekan budaya melalui globalisasi. Baik dari Tayangan Televisi, Radio, Mass Media, dan lain-lain. Di sektor ekonomi, kita diikat lewat GATT, dan utang dan konspirasi ekonomi lewat privatisasi BUMN dan regulasi-regulasi yang tidak berfihak pada rakyat.
Semangat kemerdekaan, bukanlah semangat yang mengajarkan kita untuk diam begitu saja, apalagi putus asa, melainkan semangat untuk maju dan berubah ke arah yang lebih baik. Meskipun masalah yang menimpa bangsa ini bisa dibilang sudah begitu parah, namun semangat rakyat Indonesia di dalam berjuang, berkarya, seharusnya bisa menjadikan kita optimis bahwa bangsa kita masih punya harapan di tengah berbagai masalah yang menimpanya.
Kita belum bisa dikatakan merdeka sepenuhnya karena kita juga dijajah oleh bangsa kita sendiri. Banyak hal yang dilakukan para penjajah ini. Baik melalui korupsi, atau melalui regulasi yang tidak memihak rakyat seperti UU Penanaman Modal Asing dan UU Pengelolaan Sumber Daya Air, dan lain-lain.
Sementara itu, kita juga dihadapkan dengan para elite politik kita yang semakin jelas menunjukkan gesekan-gesekan kepentingan dengan begitu jelasnya di muka umum. Kita bisa lihat kejadian yang belum lama ini, antara Tifatul Tembiring dan Megawati, yang terlihat jelas saling menunjukkan eksistensinya. Sudah saatnya kita butuh pemimpin yang tidak hanya bisa ngomong banyak, rakyat kita sudah terlalu sering disakiti dan dibohongi.
Disamping itu, kita punya semuanya, baik Sumber Daya Alam maupun Manusia, namun perhatian kita kearah sana begitu kurang. SDM kita misalnya, berapa ribu para Tenaga Kerja Perempuan Indonesia di luar negeri yang jarang mendapat perhatian kita. Padahal mereka sudah berkorban semuanya, bahkan nyawa. Selain itu kita bisa melihat pada kejadian yang menimpa PKL kita. Para PKL( pedagang kaki lima ) yang digusur tanpa adanya tindak lanjut. Padahal dari PKL-PKL itulah perusahaan-perusahaan besar minuman dan makanan bisa maju.
Dilihat dari sisi sumber daya alam kita, kita punya semuanya. Namun, distribusi, manajemennya, yang menguasai orang asing. Kita bisa lihat pada kasus freeport, Kasus Blok Cepu, dan lain-lain. Yang lebih mengherankan adalah pemerintah dengan dalih peningkatan manajemen, pemerintah satu demi satu memprivatisasi BUMN.
” Indonesia, sejak dulu kala.............., tetap di..puja...puja bangsa” begitulah bunyi petikan lagu, Indonesia Pusaka. Sebenarnya, sampai saat ini indonesia masih dihargai orang luar. Namun, justru orang indonesia sendiri yang justru masih tidak menghargai negerinya sendiri. Ini bisa kita lihat ketika para koruptor kita melambaikan tangannya sambil tersenyum setelah diperiksa KPK.
Sejarah kita membuktikan, bahwa tradisi kita bukan tradisi “tempe”kita dizaman purba pernah menguasai perdagangan di seluruh Asia Tenggara,pernah mengarungi lautan sampai Arabia, Afrika, atau Tiongkok( Pidato 17 Agustus 63, Soekarno ). Kita punya perempuan-perempuan tua renta yang tetap survival dengan berbagai pekerjaan. Baik kerajinan kain, batik, jual makanan, dan lain-lain.
Kemerdekaan adalah proses pembebasan politik dari penjajahan asing. Pasca kemerdekaan adalah masa berlanjutnya proses pembebasan sosial masyarakat dari kemiskinan, ketakpedulian, kebodohan, ketergantungan, dan berbagai bentuk kendala yang membatasi masyarakat dalam berinovasi, mengembangkan pilihan-pilihan sah, dan dalam menghadapi masa depan( Hatta Rajasa ).
Untuk mencapai kemerdekaan yang seperti diatas, kita perlu membangun semangat kemandirian, dan kompetitif namun dengan tidak meninggalkan kearifan lokal. Dalam kenyataannya, hanya dengan karakter kompetitiflah suatu bangsa dapat mempertahankan keunggulan daya saingnya.
Bahkan di era knowledge based economy, dengan karakter kompetitiflah, suatu bangsa mempertahankan eksistensinya sebagai bangsa yang merdeka. Selain itu, kita juga tidak boleh meninggalkan budaya-budaya kita, seperti budaya malu, budaya gotong-royong semangat kerjasama, hendaknya dikembangkan. Bukan semangat saling monopoli, atau individualis.
Hal yang penting lagi adalah bagaimana kita bisa benar-benar bebas, dan mandiri. Tanpa adanya itu, kita tidak punya kuasa dalam merubah bangsa kita. Karena kita sendirilah yang akan menentukan masa depan bangsa kita. Tidak seperti saat ini, sebagian besar aset-aset bangsa kita dikuasai asing.
Terakhir kali, kita bisa merenungkan pesan Soekarno : ” Cita – cita kita dengan keadilan sosial ialah satu masyarakat yang adil dan makmur dengan menggunakan alat-alat industri, dengan alat-alat tehnologi modern. Asal tidak dikuasai sistem kapitalisme”. Dengan melihat pesan soekarno di atas, kita bisa mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka sepenuhnya.
Penulis adalah Mahasiswa Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh Arif Saifudin Yudistira*
”Kemerdekaan berarti mengakhiri untuk selama-lamanya penghisapan bangsa oleh bangsa yang tak langsung maupun yang langsung”(Soekarno)
Bulan Agustus adalah bulan yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Karena dibulan ini bangsa Indonesia merayakan sebuah peristiwa yang bersejarah yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia. Sampai hari ini bangsa Indonesia telah 62 tahun mengisinya dengan berbagai aktifitas sebagaimana diamanatkan oleh pendiri bangsa ini.
Jika kita sedikit merenung tentang negara kita saat ini, tentu dalam benak kita akan ada banyak pertanyaaan, salah satunya, apakah negeri ini sudah merdeka?. Bisakah negeri kita bangkit ?. 62 tahun Indonesia merdeka, namun apakah selama ini rakyat Indonesia sudah merasakan sebuah kemerdekaan?.
Jawabannya adalah belum sepenuhnya, hal ini bisa dilihat dari makna kata merdeka itu sendiri, kita belum bisa mewujudkan sepenuhnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “merdeka” mengandung tiga makna. Pertama, bebas dari (penghambaan, penjajahan, dsb) atau berdiri sendiri. Kedua, tidak terkena atau lepas dari tuntutan. Ketiga, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, atau leluasa.
Seperti pesan Soekarno diatas, bahwa merdeka berarti mengakhiri selama-lamanya bentuk penghisapan oleh bangsa, baik langsung maupun tidak langsung. Yang terjadi saat ini justru sebaliknya, Indonesia secara tidak sadar,telah dijajah secara langsung maupun tidak langsung.
Kita dijajah secara tidak langsung melalui gencarnya arus gesekan budaya melalui globalisasi. Baik dari Tayangan Televisi, Radio, Mass Media, dan lain-lain. Di sektor ekonomi, kita diikat lewat GATT, dan utang dan konspirasi ekonomi lewat privatisasi BUMN dan regulasi-regulasi yang tidak berfihak pada rakyat.
Semangat kemerdekaan, bukanlah semangat yang mengajarkan kita untuk diam begitu saja, apalagi putus asa, melainkan semangat untuk maju dan berubah ke arah yang lebih baik. Meskipun masalah yang menimpa bangsa ini bisa dibilang sudah begitu parah, namun semangat rakyat Indonesia di dalam berjuang, berkarya, seharusnya bisa menjadikan kita optimis bahwa bangsa kita masih punya harapan di tengah berbagai masalah yang menimpanya.
Kita belum bisa dikatakan merdeka sepenuhnya karena kita juga dijajah oleh bangsa kita sendiri. Banyak hal yang dilakukan para penjajah ini. Baik melalui korupsi, atau melalui regulasi yang tidak memihak rakyat seperti UU Penanaman Modal Asing dan UU Pengelolaan Sumber Daya Air, dan lain-lain.
Sementara itu, kita juga dihadapkan dengan para elite politik kita yang semakin jelas menunjukkan gesekan-gesekan kepentingan dengan begitu jelasnya di muka umum. Kita bisa lihat kejadian yang belum lama ini, antara Tifatul Tembiring dan Megawati, yang terlihat jelas saling menunjukkan eksistensinya. Sudah saatnya kita butuh pemimpin yang tidak hanya bisa ngomong banyak, rakyat kita sudah terlalu sering disakiti dan dibohongi.
Disamping itu, kita punya semuanya, baik Sumber Daya Alam maupun Manusia, namun perhatian kita kearah sana begitu kurang. SDM kita misalnya, berapa ribu para Tenaga Kerja Perempuan Indonesia di luar negeri yang jarang mendapat perhatian kita. Padahal mereka sudah berkorban semuanya, bahkan nyawa. Selain itu kita bisa melihat pada kejadian yang menimpa PKL kita. Para PKL( pedagang kaki lima ) yang digusur tanpa adanya tindak lanjut. Padahal dari PKL-PKL itulah perusahaan-perusahaan besar minuman dan makanan bisa maju.
Dilihat dari sisi sumber daya alam kita, kita punya semuanya. Namun, distribusi, manajemennya, yang menguasai orang asing. Kita bisa lihat pada kasus freeport, Kasus Blok Cepu, dan lain-lain. Yang lebih mengherankan adalah pemerintah dengan dalih peningkatan manajemen, pemerintah satu demi satu memprivatisasi BUMN.
” Indonesia, sejak dulu kala.............., tetap di..puja...puja bangsa” begitulah bunyi petikan lagu, Indonesia Pusaka. Sebenarnya, sampai saat ini indonesia masih dihargai orang luar. Namun, justru orang indonesia sendiri yang justru masih tidak menghargai negerinya sendiri. Ini bisa kita lihat ketika para koruptor kita melambaikan tangannya sambil tersenyum setelah diperiksa KPK.
Sejarah kita membuktikan, bahwa tradisi kita bukan tradisi “tempe”kita dizaman purba pernah menguasai perdagangan di seluruh Asia Tenggara,pernah mengarungi lautan sampai Arabia, Afrika, atau Tiongkok( Pidato 17 Agustus 63, Soekarno ). Kita punya perempuan-perempuan tua renta yang tetap survival dengan berbagai pekerjaan. Baik kerajinan kain, batik, jual makanan, dan lain-lain.
Kemerdekaan adalah proses pembebasan politik dari penjajahan asing. Pasca kemerdekaan adalah masa berlanjutnya proses pembebasan sosial masyarakat dari kemiskinan, ketakpedulian, kebodohan, ketergantungan, dan berbagai bentuk kendala yang membatasi masyarakat dalam berinovasi, mengembangkan pilihan-pilihan sah, dan dalam menghadapi masa depan( Hatta Rajasa ).
Untuk mencapai kemerdekaan yang seperti diatas, kita perlu membangun semangat kemandirian, dan kompetitif namun dengan tidak meninggalkan kearifan lokal. Dalam kenyataannya, hanya dengan karakter kompetitiflah suatu bangsa dapat mempertahankan keunggulan daya saingnya.
Bahkan di era knowledge based economy, dengan karakter kompetitiflah, suatu bangsa mempertahankan eksistensinya sebagai bangsa yang merdeka. Selain itu, kita juga tidak boleh meninggalkan budaya-budaya kita, seperti budaya malu, budaya gotong-royong semangat kerjasama, hendaknya dikembangkan. Bukan semangat saling monopoli, atau individualis.
Hal yang penting lagi adalah bagaimana kita bisa benar-benar bebas, dan mandiri. Tanpa adanya itu, kita tidak punya kuasa dalam merubah bangsa kita. Karena kita sendirilah yang akan menentukan masa depan bangsa kita. Tidak seperti saat ini, sebagian besar aset-aset bangsa kita dikuasai asing.
Terakhir kali, kita bisa merenungkan pesan Soekarno : ” Cita – cita kita dengan keadilan sosial ialah satu masyarakat yang adil dan makmur dengan menggunakan alat-alat industri, dengan alat-alat tehnologi modern. Asal tidak dikuasai sistem kapitalisme”. Dengan melihat pesan soekarno di atas, kita bisa mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka sepenuhnya.
Penulis adalah Mahasiswa Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta
Label: KEmerdekaan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda