Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Rabu, Februari 18, 2009

HArapan yang kian ,menghilang

MAsihkah ada Harapan?

Pertanyaan inilah yang pantas kita ajukan kepada para calon wakil rakyat kita yang akan maju menjadi wakil rakyat kita pada pemilu 2009 nanti. Indonesia seperti layaknya yang digambarkan oleh penyair-penyair “ bicara Indonesia seperti bicara dalam cerobong asap, meski gelap dan pengap toh kita masih tetap berharap”.

Tidak salah memang apa yang digambarkan oleh penyair diatas. Tatanan Negeri ini sudah hancur,dihancurkan oleh penguasa yang haus akan kekuasaan. Cukup sudah masyarakat berharap, karena tiada lagi memang yang bisa diharapkan untuk membawa perubahan.

Sistem di Negara ini sepertinya sudah tidak ada lagi yang bisa ditawarkan untuk membangun negeri ini menjadi negeri yang berdikari. Pengkhianatan konstitusi kita ada dimana-mana. Kita bisa melihat berapa persen produk undang-undang yang pro kepada rakyat. Hampir tidak ada undang-undang yang berfihak kepada kesejahteraan rakyat.

Undang-undang penanaman modal asing, undang-undang mineral dan batubara, maupun undang-undang minyak dan gas hanya berfihak pada investor asing saja.Tidak salah apa yang dikatakan Sukarno : “ Kolonialisasi hanya soal rejeki”. Akan tetapi, saying Indonesia yang kaya penduduk dan kaya sumber daya alam penguasanya justru menjualnya dengan membungkukkan badannya kepada pemodal dan korporat asing.

Kita bisa melihat hancurnya system di negeri ini hampir di setiap sector. Pertama, di sector hukum. Hukum kita seperti halnya jual-beli. Mulai dari tingkat bawah sampai tingkat tinggi. Mulai dari kasus pencurian di desa hingga kasus korupsi semuanya sama.

Idealnya ketika kita melapor ada masalah pada polisi maka kita akan mendapatkan bantuan. Akan tetapi lain ketika di negeri Indonesia justru kita akan kehilangan uang kita untuk membayar para penegak hukum. Bagaimana mungkin kita bisa mewujudkan keadilan bila para penegak hukum maupun system yang mendukung tegaknya keadilan sudah rusak seperti ini.

Kita bisa melihat kasus minum-minuman keras. Para polisi tentu tahu jaringan-jaringan pengedar maupun pabriknya langsung, akan tetapi kenapa minum-minuman keras tetap ada di tangan para pengecer. Karena pajak yang diberikan pabrik minuman keras tidak sedikit.

Kedua, pada system birokrasi. Birokrasi kita adalah birokrasi yang paling boros dibanding Negara-negara lain. KTP yang seharusnya gratis saja, harus bayar puluhan ribu rupiah di kota-kota besar. Kalau tidak percaya silahkan saja anda mengurus pembuatan SIM di kantor polisi. Kalau tidak memakai uang maka akan lama waktu pembuatannya.

Ketiga, Sistem ekonomi kita. Jangan heran kalau negeri kita negeri terkorup nomer satu, karena system ekonomi kita sudah benar-benar hancur. Sistem ekonomi kita adalah system ekonomi yang menghamba pada pasar. Sudah tidak ada lagi peran Negara dalam system ekonomi kita. Bisa kita cek pada peraturan menteri kita yang menghalalkan impor barang jenis berat sampai teringan pun gratis. Akan tetapi lain halnya dengan kaum pengusaha negeri kita sulit kita temukan dari mereka yang bebas pajak.

Keempat, system pertambangan kita. Apalagi pada sector ini, hampir tidak ada lagi harapan pada sector ini, pencuri kekayaan alam kita dilindungi Negara kita. Dengan adanya undang-undang penanaman modal tidak ada lagi jaring pengaman bagi pertambangan kita. Kekayaan negeri ini sudah habis diraup oleh para pemodal dan korporat asing. Bahkan nurani pemimpin negeri ini bisa dikatakan mati.

Kasus Freeport, kasus newmon, dan kasus lainnya menjadi bukti bahwa pemerintah lebih berfihak pada pemodal. Tanah rakyat digusur demi pertambangan dengan nilai tukar yang tidak manusiawi, bahkan sampai penduduk negeri sendiri diusir dengan paksa dengan pembuangan limbah yang mencemari laut kita seperti yang ada pada kasus newmon.

Tidak tanggung-tanggung para perampok ini berhenti, sector pendidikan pun jadi sasaran berikutnya. Bagaimana kita membangun reformasi atau bahkan revolusi jika komponen-komponennya sudah diliberalisasi bahkan dikomersialisasikan.

Siapa yang tahu undang-undang BHP yang pada pasal awal-awalannya begitu bagus, akan tetapi pada pasal berikutnya mengarah pada liberalisasi dan komersialisasi. Negeri ini sudah dijual oleh pemimpin kita sendiri.

Layaknya perlu kita merenungkan pesan sukarno bukan hanya pada Megawati akan tetapi pada seluruh bangsa juga : “ Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, sedang perjuanganmu akan lebih berat karena melawan bangsamu sendiri”. Inilah kiranya jaman yang sudah dipesankan oleh Sukarno.

Tiada lagi yang diharapkan di negeri ini. Semua sector sudah rusak, gerakan penyadaran, dan gerakan alternatif perlu kita lakukan dari sekarang. Tenbtu kita sebagai warga Negara ini tidak ingin Negara ini hancur perlahan-lahan. Sudah saatnya semua rakyat Indonesia sadar akan yang terjadi saat ini.

Harapan akan selalu ada, jika kita mau berjuang demi tegaknya kembali kedaulatan negeri ini. Cita-cita sukarno, Hatta, Tan malaka yang belum selesai harus kita selesaikan. Demi terwujudnya negeri subur indah makmur, adil aman, dan sentosa.

Bicara Indonesia,

Seperti bicara dalam cerobong asap,

Meski gelap dan pengap

Toh kita masih tetap berharap,
















Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda