"Harus Transparan dan Rasional"
Rubrik DEBAT SUARA MERDEKA
Rasional dan Transparan
Oleh Arif Saifudin Yudistira
SUDAH menjadi rahasia umum, kuliah di perguruan tinggi saat ini sangat mahal. Banyak lulusan SLTA dari golongan ekonomi menengah ke bawah yang tidak bisa menikmati bangku kuliah. Tidak sedikit pula orang tua yang rela melakukan apapun, termasuk menjual tanah atau sawahnya, hanya karena ingin anaknya bisa menikmati belajar di perguruan tinggi.
Biaya kuliah di perguruan tinggi memang menjadi masalah klasik dan sering menjadi faktor utama yang menghambat para mahasiswa untuk belajar. Tak hanya itu, perguruan tinggi sering menaikkan SPP secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan, serta tanpa transparansi mengenai alokasi penggunaan dana tersebut.
Hal ini sering terjadi pada perguruan tinggi di Indonesia, terutama perguruan tinggi swasta (PTS). Sebenarnya tidak menjadi masalah ketika uang SPP dinaikkan, namun mahasiswa tahu persis ke mana uang yang dibayarkannya itu dibelanjakan. Dengan penjelasan yang rasional dan transparansi keuangan, para mahasiswa tentu bisa menerima dengan baik.
Namun yang kerap terjadi tidaklah demikian. Uang SPP dinaikkan setiap tahun, tetapi tidak ada perubahan yang signifikan mengenai fasilitas kampus maupun pelayanan terhadap mahasiswa. Kalau logika yang dipakai adalah konsumen dan produsen, mestinya pihak kampus sebagai ’’produsen’’ memberikan pelayanan sesuai dengan uang yang dibayarkan mahasiswa selaku ’’konsumen’’.
Tidak heran apabila mahasiswa kerap melakukan protes terhadap kenaikan uang SPP secara tiba-tiba. Hal itu sangat wajar, karena bisa jadi uang yang dibayarkan mahasiswa tidak dibelanjakan sebagaimana mestinya. Bahkan bisa saja terjadi korupsi, jika tidak ada pengawalan dari semua fihak utamanya mahasiswa.
Sekali lagi, kenaikan uang SPP boleh saja dilakukan pihak universitas, asalkan adapenjelasan yang rasional, serta ada transparansi mengenai penggunaan uang tersebut. Dengan adanya transparansi dan penjelasan yang rasional, mahasiswa tentu akan menerima keputusan dari pengelola kampus, kalau itu memang merupakan keputusan terbaik untuk masa depan mahasiswanya. (32)
*)Penulis adalah Mahasiswa UMS semester 6
Rasional dan Transparan
Oleh Arif Saifudin Yudistira
SUDAH menjadi rahasia umum, kuliah di perguruan tinggi saat ini sangat mahal. Banyak lulusan SLTA dari golongan ekonomi menengah ke bawah yang tidak bisa menikmati bangku kuliah. Tidak sedikit pula orang tua yang rela melakukan apapun, termasuk menjual tanah atau sawahnya, hanya karena ingin anaknya bisa menikmati belajar di perguruan tinggi.
Biaya kuliah di perguruan tinggi memang menjadi masalah klasik dan sering menjadi faktor utama yang menghambat para mahasiswa untuk belajar. Tak hanya itu, perguruan tinggi sering menaikkan SPP secara tiba-tiba, tanpa pemberitahuan, serta tanpa transparansi mengenai alokasi penggunaan dana tersebut.
Hal ini sering terjadi pada perguruan tinggi di Indonesia, terutama perguruan tinggi swasta (PTS). Sebenarnya tidak menjadi masalah ketika uang SPP dinaikkan, namun mahasiswa tahu persis ke mana uang yang dibayarkannya itu dibelanjakan. Dengan penjelasan yang rasional dan transparansi keuangan, para mahasiswa tentu bisa menerima dengan baik.
Namun yang kerap terjadi tidaklah demikian. Uang SPP dinaikkan setiap tahun, tetapi tidak ada perubahan yang signifikan mengenai fasilitas kampus maupun pelayanan terhadap mahasiswa. Kalau logika yang dipakai adalah konsumen dan produsen, mestinya pihak kampus sebagai ’’produsen’’ memberikan pelayanan sesuai dengan uang yang dibayarkan mahasiswa selaku ’’konsumen’’.
Tidak heran apabila mahasiswa kerap melakukan protes terhadap kenaikan uang SPP secara tiba-tiba. Hal itu sangat wajar, karena bisa jadi uang yang dibayarkan mahasiswa tidak dibelanjakan sebagaimana mestinya. Bahkan bisa saja terjadi korupsi, jika tidak ada pengawalan dari semua fihak utamanya mahasiswa.
Sekali lagi, kenaikan uang SPP boleh saja dilakukan pihak universitas, asalkan adapenjelasan yang rasional, serta ada transparansi mengenai penggunaan uang tersebut. Dengan adanya transparansi dan penjelasan yang rasional, mahasiswa tentu akan menerima keputusan dari pengelola kampus, kalau itu memang merupakan keputusan terbaik untuk masa depan mahasiswanya. (32)
*)Penulis adalah Mahasiswa UMS semester 6
Label: tan muda
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda