Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Rabu, Mei 20, 2009

SOlo, sebuah Refleksi

Gladag Book Store VS Gramedia Book Store;
Pertarungan peradaban
Oleh:Arif Saifudin Yudistira

Menarik kiranya ketika kita mencermati lebih dalam kedua toko buku ini. Pertaruhan peradaban dan budaya terasa ada begitu mencolok ketika kita menggali lebih dalam. Solo, begitulah kita biasa menyebut sebagai kota budaya.Budaya tidak akan lahir adanya pola-pola perilaku manusia, karena secara tidak langsung budaya itu ada karena adanya manusia yang menciptakan budaya itu sendiri.
Masih segar dalam ingatan kita bahwa Solo tidak hanya disebut sebagai kota budaya akan tetapi juga lebih dikenal dengan “center of movement”. Saya kira ini tidak begitu berlebihan ketika melihat Solo. Pergerakan ada karena salah satunya dengan budaya baca.
Solo kota kecil penuh makna dan penuh beraneka ragam khasanah yang bisa kita pelajari. Kembali pada mencermati pola budaya, pola kebiasaan, ataupun dari suasana kedua toko buku ini. Gladag storesering dikenal sebagai pusat buku-buku kuno dan buku jawa yang langka di pasaran. Di sini selain tempatnya yang kurang begitu bagus dibanding dengan Gramedia, buku-buku disini cukup untuk mengobati masyarakat yang haus akan khasanah keilmuan.
Jajanan yang disajikan di sini pun begitu berbeda dengan Gramedia, satu sisi toko buku ini lebih terkesan menunjukkan bahwa inilah solo yang tetap menghargai jajanan tradisional, dan suasana yang serba tradisional. Dari jenis bukunya, tentu di Gladag jauh lebih menghilangkan kesan sebagai Toko buku yang menjual buku-buku Populer.
Jelas kentara toko ini dibalut dengan nuansa alamiah. Ada memang selingan musik dari salah satu pemilik toko yang menyetel musik sebagai hiburan, yah lagu keroncongan, lagu jawa, dan lagu-lagu lama yang jauh dari budaya pop.


Akan tetapi begitu berbeda ketika kita coba perbandingkan dengan Gramedia book Store. Meskipun sama-sama akan membentuk budaya yang bagus yaitu membaca, akan tetapi jelas nampak gramedia lebih mengesankan glamour,dan tentu untuk kalangan menengah ke atas. Dari AC nya, kemudian musik iringannya, warung makannya, maupun suasana pelayanannya. Jangan heran pula ketika buku disini lebih mahal.
Meskipun baru beberapa tahun berdiri, toko ini begitu cepat menyerap minat anak muda ataupun semua kalangan untuk datang ke sini. Bukunya pun menyesuaikan dengan buku yang lagi “ngetrend”saat ini. Secara tidak sadar dan perlahan, kedua toko buku ini saling bertarung dan juga membentuk pola masyarakat kita.
Bagaimana pola pertarungan peradaban ini saling membawa kepada peradaban yang berkemajuan. Gladag menawarkan sisi ketradisonalannya, buku sejarahnya, dan suasana alamiahnya. Tetapi Gramedia juga tidak meninggalkan suasana budaya solonya, kemudian tidak terlalu menonjolkan nuansa kapitalismenya,dan lain-lain.
Akan lebih menarik jika Gladag kemudian lebih dimeriahkan dengan pameran, atau event-event seni disana,juga dengan Gramedia yang punya balai sudjatmoko yang harus dikembangkan lagi dalam pertunjukan seninya, atau pertunjukan yang lainnya. Dengan demikian, maka Solo tetap akan menjadi kota yang menghargai buku, menghargai buku berarti peduli akan berkembangnya budaya baca masyarakat, dan tentunya akan mewujudkan peradaban yang maju.




Penulis adalah Presidium Kawah Institute Indonesia, masih belajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta
LITBANG FIGUR FKIP UMS,2008

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda