Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Rabu, Agustus 04, 2010

Erotisme, Berahi, & Masa Depan Perempuan*)1

Oleh Arif saifudin yudistira*)
Era modernitas mengajak kita bertamasya dengan fenomena yang tak terduga sebelumnya. Tradisi sudah dihancurkan dengan budaya baru yang tanpa kita duga sebelumnya. Budaya tersebut membentuk tradisi baru yang mengejutkan kita sebelumnya, atau lebih dikenal dengan sebutan future shock yang lama diungkapkan oleh Alvin toeffler.
Begitupun peristiwa yang selama ini terjadi di negeri ini. Banjir sinetron, facebook, bahkan media massa dan dunia entertainment lainnya tak bosan menampilkan informasi dan erotisme. Erotisme ini seringkali mengeksploitasi perempuan terlalu berlebihan sehingga perempuan menjadi objek dan subjek yang secara tidak sadar menjadi akumulasi dan alat capital.
Kita belum usai mendengarkan kisah dua artis cantik luna maya dan cut tari yang belum habis hingga saat ini menjadi buronan entertainment menjadi berita yang layak jual dan sensasional. Selain itu, erotisme pun muncul dalam dunia maya kita. Facebook yang semula menjadi situs jejaring sosial, akan tetapi saat ini banyak yang menggunakan situs tersebut sebagai ajang ekspresi dan justru meringkus pemiliknya. Lihat saja betapa dulu foto telanjang menjadi tabu dibicarakan, kini foto telanjang menjadi wajar di pertontonkan di situs facebook. Kejutan peradaban ini yang sepertinya jauh hari diperhitungkan oleh futurolog Alvin toeffler.
Ketidaksadaran perempuan ini pun menagkibatkan perempuan cenderung dilecehkan dan dianggap lemah ketika berbenturan dengan realita kita sehari-hari. Erotisme mengundang laki-laki berbuat tidak senonoh terhadap perempuan. Fenomena yang biasa kita lihat adalah kejahilan seorang kernet bis yang sering memegang pantat perempuan. Baru-baru ini pemerintah DKI jakarta membuat kebijakan memisahkan jalur antrian perempuan dan laki-laki untuk menghindari pelecehan terhadap perempuan ini. Akan tetapi, banyak fihak menilai kebijakan ini tidak berefek karena di dalam bus way masih saja terjadi pelecehan terhadap perempuan tersebut.
Fenomena diatas seakan menampilkan apa yang dikatakan oleh yasraf amir piliang ‘rayuan”.Lebih lanjut ia menuliskan : ” Apa yang ditampilkan rayuan adalah kepalsuan dan kesemuan. Apa yang diinginkan rayuan bukanlah sampainya pesan dan makna-makna, melainkan munculnya keterpesonaan dan gelora sexual, gelora belanja, dan gelora berkuasa”.
Kita melihat bahwa erotisme pada iklan, sinetron, dan media massa selama ini tak lain hanya memunculkan gelora seksual, gelora belanja, dan gelora berkuasa. Dengan demikian, secara tidak langsung struktur kesadaran kita sudah berubah menjadi struktur kesadaran dibawah pengaruh apa yang sudah kita konsumsi. Apa yang kita konsumsi selama ini telah membentuk pola kesadaran palsu yang kita namakan ”rayuan”. Dengan demikian, pesan dan makna yang mencoba dimunculkan dari erotisme, iklan, tidak lain dan tidak bukan adalah munculnya gelora sexual, gelora belanja[konsumsi],dan gelora berkuasa yang imajiner.
Jean Paul badrilard menyebut fenomena ini dalam bukunya berahi. Berahi adalah primer,dan seks muncul hanya sebagai sebuah aneksasi.Dengan kata lain, sex tidak akan muncul tanpa munculnya berahi ini. Lebih lanjut ia mengatakan : “Berahi lebih kuat dari produksi.Ia lebih kuat dari seksualitas yang mana ia tidak pernah bingung.Ia bukan merupakan hal internal untuk seksualitas,meskipun ia adalah apa yang secara general disederhanakan.Ia adalah sebuah proses sirkular dan dapat dibalik dari tantangan,kelihaian,dan kematian. Ia sebaliknya adalah seks yang menjadi bentuk dasar,yang digambarkan sebagai bentuk ulang dihasilkan makna-makna energi dan hasrat”.
Berahi inilah yang kemudian muncul dan dominan dalam era kita saat ini. Sehingga ketika kita membicarakan berahi, kita tidak memunculkan aspek cinta yang sesungguhnya. Hegel pun sudah menuliskan ini lama. Tidak ada cinta, yang ada hanya cinta kelamin. Apakah struktur kesadaran yang tidak sadar inilah yang coba diciptakan oleh kita???.
Masa depan perempuan
Dengan melihat fenomena diatas, sulit mengatakan bahwa gerakan pembebasan perempuan dan gerakan gender yang mencoba dilakukan oleh gerakan masyarakat saat ini akan menjadi sebuah utopía belaka. Sebab secara tidak langsung struktur kesadaran kita telah dihancurkan dan dikaburkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang membawa kita pada ilusi atau rayuan semata. Rayuan itulah yang kemudian mendorong kita hidup dalam berahi yang menjadi-jadi. Sehingga kita akan mati dalam pesona. Jean Paul badrilard mengatakan : “Kita hidup dalam godaan,tapi akan mati dalam pesona”.
Tantangan ke depan adalah bagaimana melakukan gerakan pembebasan perempuan secara substantif. Yang bukan hanya melakukan tindakan reaktif melainkan antisipatif. Kita masih berharap terhadap lembaga pendidikan dan lembaga advokasi perempuan membuka tirai ketidaksadaran perempuan ini menjadi kesadaran kolektif untuk membebaskan perempuan dari struktur kesadaran palsu ini.
Begitupun dengan lelaki, erotisme, rayuan , dan berahi yang muncul saat ini, perlu disikapi secara cerdas. Sehingga perempuan tidak lagi dijadikan dan dipersepsikan lemah dan mudah dieksploitasi, melainkan diposisikan sebagaimana mestinya. Ini tidak bisa dilakukan tanpa langkah gerakan perempuan untuk membaca dan menganalisa struktur kesadarannya dan menentukan sikap untuk dirinya. Demikian.

*)Penulis adalah Mahasiswa bahasa inggris UMS, bergiat di komunitas tanda tanya UMS
Tulisan di muat di suara merdeka 4 agustus 2010

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda