Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Selasa, Agustus 18, 2009

Jumlah mahasiswa dinilai tak sebanding jumlah dosen
UMS diminta batasi Maru


Solo (Espos) Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menuntut pembatasan jumlah mahasiswa baru (Maru). Pasalnya, jumlah mahasiswa dinilai tidak sebanding dengan jumlah dosen maupun fasilitas yang ada.


Demikian diungkapkan Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UMS, Arif Saifudin Yudistira saat ditemui wartawan di Kantor DPM UMS, Selasa (18/8). Dalam kesempatan itu, Arif mengatakan, berdasarkan data jumlah mahasiswa baru yang diterimanya, Sabtu (15/8), jumlah resmi mahasiswa baru mencapai 4.532.

Menurutnya, jumlah itu berdasarkan calon mahasiswa yang sudah melakukan registrasi masuk dari total 7.188 calon mahasiswa yang dinyatakan diterima. Padahal, hingga kini UMS masih membuka pendaftaran gelombang III pada tanggal 22 Agustus mendatang.
Ia menilai, penerimaan mahasiswa baru itu tidak realistis dengan jumlah tenaga dosen maupun jumlah sarana dan prasarana. ”Idealnya rasio jumlah dosen dan mahasiswa itu 1:20. Akan tetapi, di UMS rata-rata rasionya mencapai 1:50. Bahkan, untuk Program Studi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi rasionya mencapai 1:100. Kalau seperti itu kan berakibat kepada efektivitas pembelajaran,” papar Arif.

Arif melanjutkan, jumlah mahasiswa UMS juga tidak sebanding dengan jumlah fasilitas ruang kuliah. Menurutnya, keterbatasan ruang kelas membuat pembelajaran terpaksa dilakukan di masjid kampus. Sementara, ketika ujian semester berlangsung terpaksa menggunakan ruang sidang dosen sebagai tempat ujian. Bahkan, kondisi lahan parkir UMS dinilainya tidak sanggup lagi menampung jumlah kendaraan milik mahasiswa. Dalam hal ini, ia mempertanyakan transparansi dana pengembangan kampus yang dibebankan kepada mahasiswa baru setiap tahunnya. ”Dana pengembangan setiap tahun naik 10%. Akan tetapi, selama tiga tahun saya menjadi mahasiswa UMS, belum ada penambahan pembangunan gedung untuk ruang kuliah,” tandas Arif.

Sementara itu, Kepala Humas UMS, Agus Mulyanto mengatakan sebenarnya pada tahun ini pihak pengelola sudah berupaya menekan jumlah mahasiswa baru. Menurutnya, jumlah mahasiswa baru yang diterima UMS pada tahun ini tidak akan melebih jumlah yang diterima pada tahun lalu yakni mencapai hampir 5.000 orang. Ia menilai, jumlah mahasiswa baru masih sebanding dengan jumlah mahasiswa yang lulus setiap tahunnya.

Belum ideal

”Permintaan masyarakat sangat kuat. Jadi, kami berupaya mengakomodasi animo dari masyarakat yang tinggi,” tuturnya.

Di sisi lain, pihaknya mengakui rasio jumlah dosen di UMS belum ideal. Hal itu tampak dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Menurutnya, diperlukan sebuah solusi untuk memecahkan persoalan itu secara bersama-sama. Saat ditanya mengenai alokasi biaya pengembangan per tahun, ia menjawab biaya pengembangan sementara ini lebih banyak dialokasikan di bidang operasional. ”Kami belum merencanakan untuk membangun gedung lagi. Biaya pengembangan itu lebih digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional seperti pemenuhan kesejahteraan dosen, penambahan sarana, dan lain sebagainya,” tandas Agus. - Oleh : Moh Khodiq Duhri

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda