SIPA buktikan Solo Sebagai Kota Budaya
Oleh Arif Saifudin yudistira*)
Sepertinya tekad solo untuk mewujudkan Solo sebagai kota budaya tidak hanya cukup sebagai slogan dan ucapan. When the world need harmony, art is answer. Yah ketika dunia membutuhkan harmony seni adalah jawabannya. Melalui SIPA {Solo International Performance Art} inilah tekad walikota solo Joko widodo dan rakyat solo membuktikan tekadnya.
Harmoni memang bagian dari seni. Harmoni inilah yang mencoba ditampilkan dalam SIPA. Ada salah satu pertunjukan yang menarik dari SIPA ini. Salah satunya group dance dari korea yang sebagian besar anak-anak menyanyikan lagu sang maestro “bengawan solo”. Ini menunjukkan bahwa budaya solo juga bisa bersanding dengan budaya internasional dalam spirit SIPA.
Selain itu, SIPA yang pertama ini membuktikan bahwa antusiasme warga solo dalam meruwat budayanya. Ketertarikan, rasa simpatik, kemudian pengapresiasian budaya solo bisa berawal dari sini. Memang membangkitkan gairah minat dan kecintaan terhadap budaya kepada pemuda solo rasanya perlu persepsi dulu bersifat internasional baru para pemuda-pemudinya tertarik untuk mengikuti dan menikmatinya.
Hal ini terbukti ketika pertunjukan biasanya penontonnya tidak sebesar di SIPA. SIPA membuktikan dengan “panggung yang opo anane, tapi ugo ora kalah karo liyane tingkat internasional”begitulah ungkap Slamet gundono yang menutup pertunjukan SIPA kali pertama ini.
SIPA yang diadakan mulai dari tanggal 7-10 Agustus 2009 ini sekali lagi membuktikan pada dunia bahwa Solo layak menyandang gelar sebagai kota budaya seperti yang dikatakan waljinah juga dalam cuplikan komentar para seniman akan SIPA.
Yah, SIPA merupakan awal bukan yang terakhir untuk menggairahkan dan mengajak selalu muda-mudi Solo untuk selalu melestarikan dan mencintainya. Terbukti budaya Jawa sebagai budaya Solo akan tetap menampilkan keindahan, harmoni, dan kepuasan hati bagi semua penikmat seni, baik bagi masyarakat solo maupun masyarakat internasional.
Selain itu, SIPA juga bisa meningkatkan partisipasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, karena dengan adanya SIPA, hotel-hotel, rumah makan, tukang parkir, abang becak, sampai penjual tahu bisa merasakan manfaatnya.
Selamat dan sukses atas diselenggarakannya SIPA yang pertama kalinya, Semoga SIPA-SIPA berikutnya juga akan meninggalkan kesan yang mendalam di hati masyarakat Solo dan masyarakat internasional pada umumnya. SIPA JOSSS---
PEnulis adalah PEni’mat Seni, belajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Oleh Arif Saifudin yudistira*)
Sepertinya tekad solo untuk mewujudkan Solo sebagai kota budaya tidak hanya cukup sebagai slogan dan ucapan. When the world need harmony, art is answer. Yah ketika dunia membutuhkan harmony seni adalah jawabannya. Melalui SIPA {Solo International Performance Art} inilah tekad walikota solo Joko widodo dan rakyat solo membuktikan tekadnya.
Harmoni memang bagian dari seni. Harmoni inilah yang mencoba ditampilkan dalam SIPA. Ada salah satu pertunjukan yang menarik dari SIPA ini. Salah satunya group dance dari korea yang sebagian besar anak-anak menyanyikan lagu sang maestro “bengawan solo”. Ini menunjukkan bahwa budaya solo juga bisa bersanding dengan budaya internasional dalam spirit SIPA.
Selain itu, SIPA yang pertama ini membuktikan bahwa antusiasme warga solo dalam meruwat budayanya. Ketertarikan, rasa simpatik, kemudian pengapresiasian budaya solo bisa berawal dari sini. Memang membangkitkan gairah minat dan kecintaan terhadap budaya kepada pemuda solo rasanya perlu persepsi dulu bersifat internasional baru para pemuda-pemudinya tertarik untuk mengikuti dan menikmatinya.
Hal ini terbukti ketika pertunjukan biasanya penontonnya tidak sebesar di SIPA. SIPA membuktikan dengan “panggung yang opo anane, tapi ugo ora kalah karo liyane tingkat internasional”begitulah ungkap Slamet gundono yang menutup pertunjukan SIPA kali pertama ini.
SIPA yang diadakan mulai dari tanggal 7-10 Agustus 2009 ini sekali lagi membuktikan pada dunia bahwa Solo layak menyandang gelar sebagai kota budaya seperti yang dikatakan waljinah juga dalam cuplikan komentar para seniman akan SIPA.
Yah, SIPA merupakan awal bukan yang terakhir untuk menggairahkan dan mengajak selalu muda-mudi Solo untuk selalu melestarikan dan mencintainya. Terbukti budaya Jawa sebagai budaya Solo akan tetap menampilkan keindahan, harmoni, dan kepuasan hati bagi semua penikmat seni, baik bagi masyarakat solo maupun masyarakat internasional.
Selain itu, SIPA juga bisa meningkatkan partisipasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, karena dengan adanya SIPA, hotel-hotel, rumah makan, tukang parkir, abang becak, sampai penjual tahu bisa merasakan manfaatnya.
Selamat dan sukses atas diselenggarakannya SIPA yang pertama kalinya, Semoga SIPA-SIPA berikutnya juga akan meninggalkan kesan yang mendalam di hati masyarakat Solo dan masyarakat internasional pada umumnya. SIPA JOSSS---
PEnulis adalah PEni’mat Seni, belajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda