Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Rabu, Oktober 21, 2009

Inikah Kita????

Arif saifudin yudistira*)
Dunia cyber sudah begitu melekat dan intim dalam kehidupan manusia modern. Kita pun sulit membedakan antara realita kita dengan dunia maya tersebut. Manusia modern begitu peka dengan perkembangan teknologi. Akan tetapi makin lama makin tidak peka pula manusia menanggapi realita di sekitarnya.
Kehadiran globalisasi dengan teknologi sebagai bagian yang tidak terlepas darinya, membuat manusia semakin menyukai candu teknologi yang melenakan dan merusak, bahkan terkadang mematikan.
Ambil contoh pada computer misalnya. Teknologi computer yang mulai hadir dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan manusia begitu takut terlepas dari alat teknologi yang satu ini. Bayangkan pada satu kasus berikut ini,
seorang bapak yang marah sampai 3 hari lebih gara-gara computer miliknya buat mainan anaknya sehingga mengakibatkan arsip dan file-file kantornya hilang.
Ketergantungan pada dunia seperti ini sangat membahayakan pada masa depan manusia dalam membangun bingkai peradaban yang serba absurd ini. Ketegangan dan keintiman kita dengan teknologi harus mulai dikurangi dari sekarang. Aktifitas kita jadi seperti maya.
Seperti waktu kita menuliskan sesuatu dengan komputer, seakan-akan kita tidak menulis, akan tetapi kita memijit-mijit dan menekan keyboard saja.




Kita tidak menulis dalam arti yang nyata, akan tetapi dalam arti sepadan saja. Bisa kita lihat ketika tulisan yang kita simpan di computer tiba-tiba listrik mati seketika, ataupun fles disk kita hilang, atau pun virus dahsyat mengenai computer kita. Hilang sudah semua tulisan dan arsip kita.
Seringkali kita tidak sadar akan kejadian-kejadian yang sederhana ini, akan tetapi tiba-tiba kita menyadari betapa lemahnya dan tidak berdayanya kita tanpa teknologi yang sebenarnya kita ciptakan sendiri.
Afrizal malna dalam sebuah diskusi mengungkapkan : “bagaimana mungkin saat ini modernitas mengaburkan pandangan kita antara realitas dan kenyataan”. Begitupun yasraf amir piliang mengungkap ini dengan bukunya hiperrealitas.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia kita ke depan yang semakin membingungkan ini?. Perlu kita konsisten dan tekun membaca fenomena ini, agar ke depan mestinya dunia cyber ini dalam genggaman kita, bukan kemudian kita yang semakin lemah dan tidak berdaya menghadapi digdayanya dunia cyber ini.
Buku “Dekonstruksi Nilai dan Matinya makna pada dunia Cyber” mencoba sedikit mengungkap bahaya dan resiko yang cukup tragis dari kelemahan kita pada dunia cyber yang kita buat.
Serta mencoba memberikan ajakan pada kita semua agar senantiasa melakukan penyadaran ulang dan mengajak kita memikirkan kembali apakah kita perlu “teknologi” dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita???.



Harapan besar bagi dunia kita ke depan bisa menangkal efek negative dari dunia cyber ini, atau mungkin mencoba merekonstruksi ulang memang teknologi hanya utopi yang tidak begitu menyekap apalagi membius, dan membunuh nilai dan karakter kita. Mungkinkah???.

*)Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda