Bias GEnder Bahasa Indonesia Perspektif Semiotik
Oleh Arif Saifudin y*)
Kata dalam bahasa indonesia memang terdiri dari berbagai macam sumber yang melatarbelakanginya. Bisa dari latar belakang bahasa melayu sendiri, atau kemudian serapan dari bahasa asing. Dari berbagai kata-kata dalam bahasa indonesia, kita memang sering kali menemukan kata-kata yang sering kali dalam ”penafsiran” lebih mengandung makna secara tersembunyi lebih menekankan kaum pria sebagai ”penguasa” makna itu sendiri.
Kata-kata seperti ini sering kita gunakan dan sering kita kurang menyadari ada semacam bias gender kalau kita tinjau dalam pendekatan semiotik. Misalnya kata-kata seperti ilmuwan, kemudian sejarawan,seniman.
Kata-kata seperti tadi secara tidak sadar adalah merupakan bias gender dalam bahasa kita. ada ilmuwan, kenapa tidak ada kata ilmuwati, kemudian ada sejarawan tidak ada sejarawati. Juga pada kata seniman tidak ada seniwati.
Yah, inilah beberapa kata dalam bahasa kita yang merupakan bias gender. Namun apakah masalah bias gender ini sudah memang berasal dari aspek historis, ataukah sosiologis, juga konsensus dari dulu, atau memang ini ada pengaruh dari fihak bangsa asing(penjajah) yang mempengaruhinya.
Pertanyaan tersebut bisa kita ketahui lebih lanjut bila kita membaca tanda kata-kata tersebut terlebih dahulu barulah kita memulai untuk mencoba mengupas dari aspek yang lain. Semiotik hanya merupakan salah satu pendekatan saja yang bisa membantu menemukan dan mengkaji lebih dalam makna dan latar belakang sastra itu ada.
Penulis adalah Mahasiswa Semester 6 Bahasa Inggris UMS
Kata dalam bahasa indonesia memang terdiri dari berbagai macam sumber yang melatarbelakanginya. Bisa dari latar belakang bahasa melayu sendiri, atau kemudian serapan dari bahasa asing. Dari berbagai kata-kata dalam bahasa indonesia, kita memang sering kali menemukan kata-kata yang sering kali dalam ”penafsiran” lebih mengandung makna secara tersembunyi lebih menekankan kaum pria sebagai ”penguasa” makna itu sendiri.
Kata-kata seperti ini sering kita gunakan dan sering kita kurang menyadari ada semacam bias gender kalau kita tinjau dalam pendekatan semiotik. Misalnya kata-kata seperti ilmuwan, kemudian sejarawan,seniman.
Kata-kata seperti tadi secara tidak sadar adalah merupakan bias gender dalam bahasa kita. ada ilmuwan, kenapa tidak ada kata ilmuwati, kemudian ada sejarawan tidak ada sejarawati. Juga pada kata seniman tidak ada seniwati.
Yah, inilah beberapa kata dalam bahasa kita yang merupakan bias gender. Namun apakah masalah bias gender ini sudah memang berasal dari aspek historis, ataukah sosiologis, juga konsensus dari dulu, atau memang ini ada pengaruh dari fihak bangsa asing(penjajah) yang mempengaruhinya.
Pertanyaan tersebut bisa kita ketahui lebih lanjut bila kita membaca tanda kata-kata tersebut terlebih dahulu barulah kita memulai untuk mencoba mengupas dari aspek yang lain. Semiotik hanya merupakan salah satu pendekatan saja yang bisa membantu menemukan dan mengkaji lebih dalam makna dan latar belakang sastra itu ada.
Penulis adalah Mahasiswa Semester 6 Bahasa Inggris UMS
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda