Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Kamis, September 03, 2009

"DekonsTruksi Nilai & Matinya Makna pada Dunia Cyber"1

Oleh Arif Saifudin Yudistira*2)

Diskursus dan kajian ilmu komunikasi khususnya pada studi media memang belum begitu lama, akan tetapi perkembangan kajian ini sudah cukup meluas di era saat ini. Kajian tentang ilmu komunikasi dan media saat ini pun melahirkan kajian cultur studies*3).
Bicara tentang kajian media tidak bisa kita melepaskan dari bicara ilmu penanda. Perlu kita ketahui, media selain merupakan produk budaya modernitas, juga bisa menghasilkan pola budaya baru yang sering disebut culture studies.
Untuk memudahkan pemahaman kita tentang lingkup kajian budaya atau culture studies ini tidak mudah. Sebab lingkup kajian ini begitu luas dan tak terbatas{sulit menentukan batas tersebut}.
Facebook, friendster, blog, dan lain-lain hanya sebagian dari fenomena dunia cyber yang merupakan lingkup kecil kajian ini. Keadaan ini digambarkan dengan unik oleh Umberto Eco*4) : ”Disneyland lebih hiperrealistik ketimbang museum lilin, disebabkan museum lilim masih mencoba meyakinkan kita bahwa apa yang kita lihat merupakan reproduksi absolut realitas. Semntara disneyland menjelaskan pada kita bahwa di dalam ruangan yang mencengangkan itu, merupakan fantasi yang secara absolut direproduksi”
Dari pernyataan umberto eco diatas jelas, bahwasannya dunia cyber justru lebih menampakkan pada fantasi yang direproduksi. Sama halnya dengan friendster jadi facebook, kemudian blog jadi twitter atau multiply, dan lain sebagainya. Secara jujur perlu dijelaskan bahwasannya facebook, blog, serta maya lainnya benar-benar mengaburkan bahkan sampai mendekonstruksi pada apa yang disebut nilai.
Sebut saja kasus prita yang menjadikan pelajaran buat kita akan pendekonstruksian nilai-nilai tersebut. Di dalam facebook kita akan melihat berbagai nilai semu yang coba diciptakan atau dipersepsikan orang untuk mengekspresikan dirinya.
Selain itu, pada dunia cyber ini mengakibatkan matinya makna. Akan sulit kita melacak seseorang dalam maya, akan sulit menentukan standar moral, akansulit menentukan pola persahabatan dalam ruang virtual dan semu ini.
Imagi dan mimpi yang dicitrakan melalui facebook begitu lengkap,sehingga dunia ini seperti tidak lepas dari kehidupan kita. Citra semu yang mencoba dibangun ini akan sangat menentukan perilaku orang untuk senatiasa berlomba-lomba menjadi artis dalam realita semu.
Yah, Memang pada akhirnya kita sendiri yang akan menentukan bagaimana imagi-imagi ini tidak meringkus kita, membius, bahkan memperbudak kita, tapi kita yang menjadi tuan terhadap ”makhluk ”ini. Demikian.

Keterangan :
1)Disampaikan dalam diskusi dan bedah buku bahaya facebook di LPM BALANCE EKONOMI
2)Penulis adalah alumnus litbang Pers UMS
3)Simon during : ”studi budaya tentu merupakan berbagai komponen dan studi tentang budaya kontemporer”
4) Umberto Eco adalah pakar semiotika dari Italia.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda