Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Senin, November 16, 2009

Mencermati Relasi Linier NATIONAL SUMMIT & KESEPAKATAN APEC

Oleh Arif Saifudin yudistira*)

Negeri ini sepertinya gagap melihat dan menatap masa depan. Negeri ini sepertinya kaget menghadapi perdagangan bebas. Nampak sekali dalam NATIONAL SUMMIT yang menjadi prioritas pemerintahan SBY 100 hari ke depan bahkan 5 tahun ke depan.
Dengan melihat pokok-pokok NATIONAL SUMMIT 2010 bukannya kita optimis melihat perkembangan dan kemajuan Indonesia akan tetapi justru harus mengelus dada mengingat Negara ini semakin tidak punya tawaran dalam kebijakan ekonominya, dan kebijakan-kebijakan yang lainnya.
UU penanaman modal no.25 tahun 2007 jelas-jelas memberi “angin surga” bagi investor-investor asing. Apalagi tidak ada upaya perlindungan pada investor dalam negeri. Dengan demikian salah satu point penting dalam National summit jelas tercapai yaitu merombak aturan dan menyesuaikan dengan perdagangan bebas.
Ada pertanyaan yang mungkin kita ajukan kembali pada masa pemerintahan SBY ini, apakah benar pemerintahan SBY adalah pemerintahan neolib???. Tentu masyarakat akan semakin terang dan jelas setelah melihat National summit ini.
Dialektika pemerintah dalam memainkan citra dan perdebatan panjang akhirnya terbuka jelas dan gamblang dengan adanya kebijakan-kebijakan yang ditelorkan SBY –budiono.


Relasi neoliberalisme global
Kalau membaca keadaan ini, maka kita akan memberikan kesimpulan sementara, bahwasannya ini tidak terlepas dengan scenario neo liberalisme global. Dengan membaca kesepakatan APEC di singapura, kita akan tercengang dan kaget tentunya.
Misalnya beberapa point yang seakan-akan selaras dengan National summit. Diantaranya penghapusan segala kendala perdagangan antar daerah dan pulau dengan kesepakatan APEC perluas akses pasar dan membuka akses modal masuk.Tolak segala hambatan perdagangan dan investasi, dengan menangani hambatan yang mengancam iklim dan daya saing invsetasi,Mendesak menteri menghormati komitmen WTO.
Dengan demikian jelas bahwasannya Indonesia tidak punya tawaran yang jelas dalam membangun ekonomi ke depan selain pada investasi dan investasi. Sama halnya dengan yang dikatakan menteri ekonomi kita, yang belum apa-apa sudah berani menargetkan investasi sebesar kurang lebih 200 triliun.
Yang lebih parah lagi, relasi ini seperti menjalar pada tawaran pendidikan kita. Salah satu point penting yang bisa kita cermati pada National summit adalah mensinergikan perguruan tinggi dan dunia usaha{Solo pos, 29 oktober 2009}.
Tidak ada lagi pembangunan pendidikan berkarakter kebudayaan, pendidikan berkarakter, yang ada pendidikan berkarakter pekerja dan pengusaha. Ini berbahaya bagi perkembangan masa depan kita karena pendidikan makin hilang dari nilai-nilainya. Seperti kita lihat pendidikan kita saat ini lebih mendorong tumbunya SMK dari pada SMU yang dinilai lebih menjamin mendapatkan pekerjaan.
Dengan mencermati relasi kesepakatan APEC dan kesepakatan dalam national summit kita akan menemukan titik temnu dan benang merah yang jelas bahwasannya negeri ini sudah dikuasai oleh korporat dan tehnokrat baru.

*) Penulis adalah mahasiswa bahasa inggris universitas muhammadiyah surakarta.
*) Presidium Kawah Institute Indonesia, Pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda