Mencermati bahasa Tubuh SBY
Mencermati Bahasa Tubuh SBY
Oleh Arif saifudin yudistira*)
Sebagaimana kita ketahui bersama, tubuh kita bisa mengucapkan pesan-pesan yang eksplisit mengandung makna dan berbagai tafsiran. Gerak-gerik tubuh kita mengandung makna yang terkadang kita jarang memperhatikan itu. Inilah yang kemudian dinamakan bahasa tubuh atau body language. Tubuh kita mampu mengungkapkan pesan melalui simbol-simbol yang dimanifestasikan melalui kedipan mata, lambaian tangan, ekspresi muka, ataupun gerakan pada tangan atau kaki kita.
Dari simbol-simbol itulah kemudian orang lain bisa menangkap makna dari apa yang dimaksudkan. Dengan bahasa tubuh itulah, diharapkan orang lain akan lebih jelas memahami apa yang kita bicarakan. Bahasa tubuh ini selain sering digunakan oleh orang tuna wicara , juga digunakan oleh para elit politik kita. Dengan menggunakan bahasa tubuh, mereka bisa mengurangi intensitas bicara dalam pidatonya.
SBY salah satu politisi juga presiden kita yang lihai menggunakan bahasa tubuh ini. Seringkali kita melihat Presiden SBY menggunakan jari telunjuknya, tangannya, raut mukanya untuk mengekspresikan betapa seriusnya dia menyampaikan pidatonya. Michael Foucault pun sudah lama mengungkapkan ini. Ia mengatakan : “ Dalam setiap masyarakat, tubuh senantiasa menjadi obyek kuasa. Tubuh dimanipulasi,dilatih,dikoreksi,menjadi patuh, bertanggung jawab,menjadi terampil dan meningkat kekuatannya. Tubuh senantiasa menjadi obyek” kuasa”baik di dalam “anatomi metafisik”pun dalam arti “teknik politis”. Lebih jauh lagi foucault juga mengatakan :”Teknologi politis terhadap tubuh akhirnya sampai pada perhatian terhadap tubuh yang tadinya harus disiksa -sampai pada tubuh yang harus dilatih agar disiplin”.
Bahasa tubuh ini sangat berperan dalam membangun “kuasa” yang meyakinkan setiap orang yang melihat ekspresi maupun esensi yang disampaikan. Dengan menggunakan ekspresi dan mimic tubuh yang meyakinkan, SBY akan lebih elegan dan diterima apa yang disampaikannya serta lebih mudah difahami masyarakat kita.
Bahasa tubuh SBY ini bisa kita lihat dalam berbagai macam ekspresi SBY ketika menyampaikan orasi maupun pidato kenegaraan atau sambutan-sambutannya. Dari bahasa tubuh yang begitu banyak kita lihat, kita akan bisa membaca bahwa bahasa tubuh tersebut memang mempunyai peran seperti yang dikatakan Foucault dengan “teknologi politis” yang berujung pada perebutan kekuasaan.
. Karismatik, pamor, dan perebutan kekuasaan pun menjadi pamrih untuk menjadikan alasan mengapa bahasa tubuh ini perlu digunakan. Bahasa tubuh yang baik akan mendukung pamrih-pamrih tadi. Sehingga tuduhan, fitnah, ataupun kekurangan dari seorang politisi, pemimpin akan tidak kentara bahkan dilupakan begitu saja sebab tertutupi oleh penampilan dan penyampaian pidatonya.
Dalam hal ini, SBY sepertinya terlihat begitu santai, tenang, dan rilex menanggapi rumor , fitnah, maupun dinamika yang terjadi dalam kasus bank century. Kita tidak tahu apakah memang fenomena ini merupakan salah satu teknologi politis yang digunakan SBY.
Atau SBY juga menggunakan ini untuk menanggapi dan menghindari arus deras desakan masyarakat yang begitu dahsyat. Atau mungkin untuk menutupi ketidak tegasan pemerintah dalam menyikapi kasus century ini. Kita tunggu saja jawabannya, yang pasti bahasa tubuh politisi ini perlu kita baca agar kita tidak mudah ditipu dengan penampilan pidato yang muluk-muluk dan ekspresi yang memuaskan dan riuh tepuk tangan, tapi miskin esensi.
Penulis adalah Presidium Kawah Institute Indonesia
Oleh Arif saifudin yudistira*)
Sebagaimana kita ketahui bersama, tubuh kita bisa mengucapkan pesan-pesan yang eksplisit mengandung makna dan berbagai tafsiran. Gerak-gerik tubuh kita mengandung makna yang terkadang kita jarang memperhatikan itu. Inilah yang kemudian dinamakan bahasa tubuh atau body language. Tubuh kita mampu mengungkapkan pesan melalui simbol-simbol yang dimanifestasikan melalui kedipan mata, lambaian tangan, ekspresi muka, ataupun gerakan pada tangan atau kaki kita.
Dari simbol-simbol itulah kemudian orang lain bisa menangkap makna dari apa yang dimaksudkan. Dengan bahasa tubuh itulah, diharapkan orang lain akan lebih jelas memahami apa yang kita bicarakan. Bahasa tubuh ini selain sering digunakan oleh orang tuna wicara , juga digunakan oleh para elit politik kita. Dengan menggunakan bahasa tubuh, mereka bisa mengurangi intensitas bicara dalam pidatonya.
SBY salah satu politisi juga presiden kita yang lihai menggunakan bahasa tubuh ini. Seringkali kita melihat Presiden SBY menggunakan jari telunjuknya, tangannya, raut mukanya untuk mengekspresikan betapa seriusnya dia menyampaikan pidatonya. Michael Foucault pun sudah lama mengungkapkan ini. Ia mengatakan : “ Dalam setiap masyarakat, tubuh senantiasa menjadi obyek kuasa. Tubuh dimanipulasi,dilatih,dikoreksi,menjadi patuh, bertanggung jawab,menjadi terampil dan meningkat kekuatannya. Tubuh senantiasa menjadi obyek” kuasa”baik di dalam “anatomi metafisik”pun dalam arti “teknik politis”. Lebih jauh lagi foucault juga mengatakan :”Teknologi politis terhadap tubuh akhirnya sampai pada perhatian terhadap tubuh yang tadinya harus disiksa -sampai pada tubuh yang harus dilatih agar disiplin”.
Bahasa tubuh ini sangat berperan dalam membangun “kuasa” yang meyakinkan setiap orang yang melihat ekspresi maupun esensi yang disampaikan. Dengan menggunakan ekspresi dan mimic tubuh yang meyakinkan, SBY akan lebih elegan dan diterima apa yang disampaikannya serta lebih mudah difahami masyarakat kita.
Bahasa tubuh SBY ini bisa kita lihat dalam berbagai macam ekspresi SBY ketika menyampaikan orasi maupun pidato kenegaraan atau sambutan-sambutannya. Dari bahasa tubuh yang begitu banyak kita lihat, kita akan bisa membaca bahwa bahasa tubuh tersebut memang mempunyai peran seperti yang dikatakan Foucault dengan “teknologi politis” yang berujung pada perebutan kekuasaan.
. Karismatik, pamor, dan perebutan kekuasaan pun menjadi pamrih untuk menjadikan alasan mengapa bahasa tubuh ini perlu digunakan. Bahasa tubuh yang baik akan mendukung pamrih-pamrih tadi. Sehingga tuduhan, fitnah, ataupun kekurangan dari seorang politisi, pemimpin akan tidak kentara bahkan dilupakan begitu saja sebab tertutupi oleh penampilan dan penyampaian pidatonya.
Dalam hal ini, SBY sepertinya terlihat begitu santai, tenang, dan rilex menanggapi rumor , fitnah, maupun dinamika yang terjadi dalam kasus bank century. Kita tidak tahu apakah memang fenomena ini merupakan salah satu teknologi politis yang digunakan SBY.
Atau SBY juga menggunakan ini untuk menanggapi dan menghindari arus deras desakan masyarakat yang begitu dahsyat. Atau mungkin untuk menutupi ketidak tegasan pemerintah dalam menyikapi kasus century ini. Kita tunggu saja jawabannya, yang pasti bahasa tubuh politisi ini perlu kita baca agar kita tidak mudah ditipu dengan penampilan pidato yang muluk-muluk dan ekspresi yang memuaskan dan riuh tepuk tangan, tapi miskin esensi.
Penulis adalah Presidium Kawah Institute Indonesia
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda