Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Sabtu, September 17, 2011

Memerhatikan Anak Jalanan Perempuan

Oleh Arif saifudin yudistira*)

Kini di era modernitas, kehidupan para anak-anak jalanan di kota-kota besar makin lama makin bertambah banyak dan tidak terurus. Dari anak-anak jalanan yang ada, anak jalanan perempuanlah yang cenderung rentan akan adanya kekerasan seksual. Laporan UNICEF menyebutkan satu dari lima anak perempuan di negara berkembang tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya. Hanya 43 persen anak perempuan mengenyam pendidikan menengah.
Menurut sumber dari kementrian pemberdayaan perempuan Diperkirakan 1,8 juta anak perempuan di dunia dilacurkan pada usia di bawah 18 tahun. Di Indonesia, sekitar 30 persen dari perempuan yang dilacurkan berusia di bawah 18 tahun. Diperkirakan 40.000-70.000 anak menjadi korban eksploitasi seksual dan sekitar 100.000 anak diperdagangkan setiap tahun. Sedangkan Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Dr Gianfranco Rotigliano mengingatkan, sekitar 20.000 perempuan Indonesia meninggal setiap tahun akibat komplikasi kehamilan.
Problematika perempuan dan angka kematian ibu sebenarnya bisa dikurangi ketika perhatian kita pada anak-anak perempuan lebih ditingkatkan. Perhatian kita pada anak-anak perempuan merupakan investasi kita untuk masa depan bangsa kita. Sebab dari perempuanlah akan dilahirkan generasi-generasi penerus masa depan. Perhatian kita pada perempuan adalah dengan memperhatikan pendidikan mereka. Perhatian kita kepada pendidikan inilah yang akan menyelamatkan masa depan mereka. Berdasarkan hasil penelitian, investasi $1 untuk pendidikan bagi anak perempuan akan mengahsilkan sepuluh kali lipat produktifitas lebih banyak investasi dibanding anak laki-laki(unicef).
Perempuan utamanya anak jalanan menjadi sosok yang tidak hanya butuh perhatian secara pendidikan, ekonomi, tetapi juga butuh suatu lingkungan yang kuat yang mendukung mereka menjadi pribadi yang mandiri dan berpribadi. Sayang, perhatian pada mereka saat ini lebih sering bersifat sementara melalui bentuk-bentuk bakti social atau berupa pendidikan yang dilakukan oleh beberapa LSM yang cenderung bersifat praktis saja. Padahal, sejatinya ada yang lebih dibutuhkan mereka selain bimbingan praktis, yaitu bimbingan psikologis, penguatan ekonomi dan juga pemberdayaan terhadap mereka. Selama ini, program yang menjadi unggulan di kota-kota dunia, adalah kota ramah anak. Anak-anak sebenarnya menginginkan beberapa hal yang menjadi kebutuhan mereka diantaranya kota yang diinginkan oleh anak adalah kota yang menghormati hak-hak anak yang diwujudkan dengan (Innocenti Digest No.10/10/02:22).
Pertama, menyediakan akses pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih, sanitasi yang sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, Kedua,menyediakan kebijakan dan anggaran khusus untuk anak,ketiga menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman, sehingga memungkinkan anak dapat berkembang. Anak dapat berekreasi, belajar, berinteraksi sosial, berkembang psikososial dan ekspresi budayanya. Keempat, keseimbangan di bidang sosial, ekonomi, dan terlindungi dari pengaruh kerusakan lingkungan dan bencana alam, kelima,memberikan perhatian khusus kepada anak seperti yang tinggal dan bekerja di jalan, eksploitasi seksual, hidup dengan kecacatan atau tanpa dukungan orang tua. Keenam,adanya wadah bagi anak-anak untuk berperan serta dalam pembuatan keputusan yang berpengaruh langsung pada kehidupan mereka.
Sayang sekali di negeri kita, beberapa criteria kota ramah anak ternyata belum mampu diwujudkan di negeri ini. Misalnya akses air bersih,sanitasi dan jaminan kesehatan. Anak-anak jalanan di negeri ini seringkali mengalami kesulitan mencari air bersih, sanitasi, apalagi jaminan kesehatan di kota-kota besar. Perhatian yang lebih pada anak-anak jalanan, hal ini pun sepertinya juga belum mampu diwujudkan oleh pemerintah kita. Dinas-dinas social yang ada lebih difungsikan dengan program-program dan proyek dari para donatur ketimbang penyelesaian program yang substansial dibutuhkan para anak jalanan.

Para anak-anak jalanan ini terpaksa hidup di jalanan karena permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi inilah yang menjadi ujung dari persoalan mengapa timbul anak jalanan perempuan selain broken home. Angka kemiskinan di negeri ini makin lama makin meningkat dari tahun ke tahun. Meski pemerintah sudah mengendalikan dengan program-program kuratif seperti raskin, BLT, dan juga pnpm tapi di dalam praktek pelaksanaannya belum mampu memenuhi kebutuhan para si miskin. Data dari bank dunia menunjukkan bahwa kemiskinan Indonesia masih berkisar sekitar 42,6 % (modjo,2009). Hal ini menunjukkan ironi yang nyata, karena Negara kita adalah Negara yang kaya raya. Disamping merebaknya korupsi, permasalahan hukum, kita juga memiliki problem mentalitas para pemimpin yang inferior menghadapi asing yang menjarah kekayaan alam kita.
Jika permasalahan ekonomi dan kemiskinan ini bisa kita selesaikan, maka anak-anak jalanan tidak akan ada lagi. Sebab ekonomi yang kurang mampu rentan dengan konflik keluarga, dan seringkali anak yang menjadi korban. Selain itu, perlu dibangun kembali komitmen pemerintah, lingkungan pendidikan, dan masyarakat agar lebih memperhatikan anak perempuan yang ada di daerahnya masing-masing dan di kota-kota besar.
Perhatian kita pada mereka, akan membantu kita mengurangi problem social di perkotaan dan juga membantu mereka untuk menemukan kembali kehidupan mereka yang lebih ramah daripada kehidupan jalanan. Bukankah kita sepakat bahwa kemiskinan adalah musuh dari peradaban. Sebagaimana para perempuan dari grameen bank sudah berhasil melawan kemiskinan. Hendaknya ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, bahwa perempuan adalah layak mendapat perhatian, karena mereka sering dimarginalkan, disubordinasikan, salah satunya adalah anak jalanan perempuan.


*) Penulis adalah mahasiswa UMS, jurusan bahasa inggris, TULISAN DIMUAT DI MAJALAH PAPIRUS edisi AGUSTUS 2011

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda