Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Minggu, November 06, 2011

Puisi-Puisi Arif saifudin yudistira



Dimuat di bulletin Sastra Pawon Edisi 33 tahun III/2011




Pesan Yang Membunuh; Dari Kawat Nomer 1




Kawat itu menolak, berjeringgat dan melawan PerintahNya

Sebenarnya ia sudah tahu, ia tak bisa menolakNya,


Apa daya, pesan itu sampai pada-nya

Ketika ia mulai mendengar,Ulu hatinya tiba-tiba perih,

Ada duri,...ada bom.....ada ular......dan apa saja yang tak bisa dibayangkan
datang


Dan
meski ia tahu yang datang,
; pasti ia akan datang juga,


Dan pesan itu datang...membunuh dari kawat nomer satu
Dan kawat nomer satu,berubah jadi tangis di tengah malam,ketika
Nomer satu tak lagi patut dibanggakan, ketika nomer satu berubah jadi beban,


Yah,aku tak mau pesan yang membunuh itu datang dari kawat nomer satu


Solo,september 2011


Untuk Widji Thukul

; Aku ingin jadi peluru



Jarak memang alasan yang mengukir beda antara anak-anakmu dan anak zamanmu

Anak-anakmu begitu kuat menantang zaman yang kini merah dan tak sehitam dulu



Dan anak zamanmu,kini menuliskan tentangmu,
Mana mungkin kau meniruku?kita selalu berbeda dengan segenap dan berjejal kata

"katamu"


Dengan berat hati,aku hanya berucap aku lemah...aku lemah,,,

Dan tanganku belum menyerah,mataku masih menyala,dan mengancam



Sedang kataku beda dengan pena yang kau gunakan,PEnaku adalah pena perasaanku-
Sedang penamu adalah perasaan ribuan orang yang bersamamu menuliskan tangis

Tapi barangkali ada yang sama antara aku dan kamu;
Kemerdekaan seperti nasi yang dimakan,kemudian jadi tahi.Sederhana sekali.


Dan aku ingin jadi peluru, lebih tajam darimu untuk zamanku,

Sebab zamanku lebih kejam dan lebih terang dari zamanmu


Titik Yang Menangis



Dan belum sempat aku tuliskan kisah berikutnya...

Titik itu menyapa,dan sejenak menghentikannya


Dunia memang tak pernah mengenal kasihan,pada orang-orang yang tak punya pilihan




Solo,september 2011



Dua bingkai



Ayah, aku ingin melukismu,keringat dan juga tangis kisahmu dalam kisahku,bolehkah???

; 10 tahun yang lalu


Ayah,aku ingin menjadi diriku yang sepertimu

; 23 tahun ini


Ayah, aku mati dan kalah sebelum berubah jadi engkau???

; masa kecilku


Yah, bingkaiku dan bingkaimu memang beda, zaman sudah berubah cara menghadapinya juga harus berubah



Solo,september 2011




Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda