Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Senin, Februari 01, 2010

Masyarakat Cerdas<>Masyarakat MEmbaca

Oleh Arif Saifudin Yudistira*)



Buku bisa sekedar sebagai hiburan, akan tetapi juga bisa dijadikan sarana untuk mengubah dunia(Chomsky). Apa yang dikatakan Chomsky tadi memang benar, bahwasannya buku bisa hanya dijadikan sebagai hiburan, akan tetapi buku juga menjadi sumber rujukan para sejarawan, para ilmuwan, para orang yang ingin menjadi professor.
Yah, buku merupakan alat untuk mengubah dunia. Masih ingat kita dengan pelajaran PPkn kita dulu yang masih menggunakan butir-butir p-4 yang cukup mampu mengubah mindset Indonesia tentang pancasila. Dengan buku pelajaran p-4 kita pada waktu itu, Pak Harto bisa mengubah dunia, dunia Indonesia.
Para penjajah kita amat sangat anti ketika para jajahannya membaca buku. Bukulah yang mengubah sejarah, buku pula yang mencetak sejarah. Maka barang siapa ingin mengetahui atau dicatat sejarah maka perlu membaca atau menulis buku.
Perpustakaan adalah gudangnya buku, disanalah para intelektual-intelektual belajar, disanalah orang yang haus akan ilmu, disana pula orang yang ingin mengetahui cakrawala dunia ini sejauh mana.
Lalu bagaimana kemudian buku bisa membuat kita “kaya”. Jelas, orang yang makin banyak membaca buku maka ia akan kaya, tapi tidak merasa berat membawa kekayaannya. Mereka tidak harus pusing memikirkan bagaimana kekayaannya itu. Tidak khawatir kekayaannya itu akan hilang.
Sebab kekayaannya adalah ilmu. Ilmu tidak ternilai dengan uang. Ilmu tidak terlihat ketika disampaikan. Ilmu, akan membuat orang yang memilikinya diangkat derajatnya.Oleh karena itu, perpustakaan merupakan tempat yang tepat untuk menjadi kaya tersebut.
Di perpustakaan itulah akan kita temukan segudang pengetahuan yang tidak bisa kita temukan kecuali kita mau membacanya. Oleh karena itu, perpustakaan sangat penting untuk perkembangan pendidikan, maupun bidang yang lain.

Sampai dengan saat ini, Indonesia masih menempati level terendah dalam minat baca. Maka tidak heran, kualitas pendidikan kita pun masih menempati di level yang masih ketinggalan jauh dengan Negara-negara lain.
Kita tentu prihatin dengan kondisi bangsa kita saat ini yang demikian susah untuk mempunyai minat yang tinggi terhadap membaca buku. Akan tetapi, kita perlu optimis terhadap niatan bangsa ini untuk berubah.
Pesan Sukarno cukup mengingatkan kita pada masa kejayaan kita di era ketika bangsa-bangsa tetangga justru belajar banyak dari Indonesia. “JAS MERAH” janganlah melupakan sejarah. Sejarah pun tidak akan bisa kita nikmati tanpa adanya tulisan, tanpa adanya sebuah pembacaan.
Tidak ada tokoh yang tertulis dalam sejarah bangsa kita ini yang malas membaca, sukarno, Muhammad hatta, tan malaka, adalah tokoh yang gemar membaca buku serta menulis buku. Dari buku-buku yang ditulisnyalah kita bisa belajar dari mereka.
Wartawan muda serta aktifis muda yakni “ahmad wahib” kita bisamengenalnya juga dari buku atau catatan harian yang ditulisnya dan diterbitkan menjadi buku.
Buku adalah manifestasi peradaban, sejauh mana peradaban manusia bisa dilihat bagaimana manusia itu bisa kreatif mencipta dan menghasilkan karyanya, salah satunya dengan menulis buku.
Buku membaca zaman, buku merefleksikan keadaan dan perkembangan manusia. “Buku dibawah bendera revolusi” misalnya, merefleksikan zaman sebelum kemerdekaan dan cita-cita sukarno yang ditulisnya dari refleksi kondisi bangsa ini.
Begitupun buku “islamku,islam anda, islam kita” yang ditulis oleh Abdurrahman wahid yang juga merefleksikan keadaan islam di Indonesia pada saat ini.Dari bukulah kemudian zaman bisa dibaca, karakter, sikap dan watak seseorang bisa dibaca satu contoh misalnya “biografi syafii maarif” yang menggambarkan sosok bapak bangsa kita.



Masyarakat cerdas,masyarakat membaca
Kampus sebagai miniatur perubahan bangsa harus menjadi komponen pelopor dalam mewujudkan masyarakat cerdas ini. Sebab di kampuslah dunia bacaan ada disana, sebab dari sinilah mahasiswa membaca masyarakat, dan mahasiswa dihadaprkan pula bisa membaca masyarakat.
Semua sarana cukup tersedia disini untuk membaca masyarakat masa lalu, membaca keadaan sekarang, dan bagaimana membangun masyarakat cerdas di masa yang akan dating.
Koran, fasilitas internet, dan fasilitas perpustakaan yang lengkap cukup menjadi modal awal bagaimana membangun kampus sebagai pelopor dalam rangka mewujudkan masyarakat yang cerdas.
Sebab masyarakat cerdas tidak akan mungkin terwujud tanpa adanya wawasan yang luas, pembacaan yang tekun terhadap dinamikanya, yang hal ini tidak bisa terwujud tanpa adanya budaya membaca.
Akan tetapi, saat ini mahasiswa kita begitu minim kesadarannya untuk membaca buku kecuali yang berkaitan dengan bidang studinya saja, akibatnya, mahasiswa pun begitu lemah dalam membaca dinamika masyarakat dan dunia global ketika lulus dari perkuliahan.
Membaca tanpa tapal batas
Untuk itu, membaca buku tidak perlu ada sebuah pembatasan terhadap bidang-bidang tertentu. Karena ketika kita melakukan pembatasan terhadap buku yang kita baca, maka kita akan membatasi pula ilmu yang kita kaji, wacana yang kita peroleh, serta membatasi pengetahuan yang kita dapat.
Untuk itu, mewujudkan masyarakat cerdas tentu akan sangat mudah jika semangat ingin tahu, semangat membaca buku itu digalakkan dari ruang-ruang akademik, dan dari kampus. Dengan mahasiswa yang gemar membaca buku, maka dalam waktu lima tahun ke depan mewujudkan masyarakat cerdas, mewujudkan Indonesia cerdas tentu tidak akan begitu sulit. Demikian.

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan bahasa inggris .

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda