Kawah Institute Indonesia

Pusat Studi dan Pembelajaran Generasi revolusioner

Foto Saya
Nama:
Lokasi: Solo, Central Java, Indonesia

Kawah Institute adalah Lembaga independen yang senantiasa berusaha untuk bersama-sama menjadikan tempat ini sebagai pusat studi dan pembelajaran generasi revolusioner,bertujuan agar senantiasa terjadi perubahan secara radikal, sistematis, serta terencana {Revolusi}

Kamis, Januari 06, 2011

Membumikan Islam Yang Berkemajuan; Refleksi 52 Tahun UMS

Oleh Arif saifudin yudistira*)

Saat ini berbagai bencana dan musibah di negeri ini seolah tiada henti. Negeri ini yang dikaruniai berbagai kekayaan alam yang gemah ripah lohjinawi ternyata belum mampu keluar dari keterpurukan semenjak krisis tahun 97 hingga sekarang. Berbagai pendapat dikeluarkan mengenai akar permasalahan yang sebenarnya menjadi sebab kemelut bangsa ini mulai dari permasalahan korupsi, permasalahan kepemimpinan, dan permasalahan lain.
Ketika melihat Negara tetangga kita akan merasa iri, mengingat dulu Malaysia misalnya pernah belajar di negeri ini, tetapi sekarang ini kita yang justru mengekspor TKI{tenaga kerja Indonesia} yang nasibnya juga masih saja belum usai hingga kini. Menurut Din Syamsudin “Indonesia adalah negeri yang tidak punya blue print visi-misi ke depan yang akan memperjelas masa depan Indonesia”. Saat ini Indonesia justru menjadi sosok yang tidak lagi menghargai pemajemukan dan memandang itu sebagai potensi, tetapi yang saat ini terjadi malah “mikro nasionalisme” yang membanggakan seolah-olah Indonesia ada di jawa, sumatera, Maluku, dan lain-lain.
Yang terjadi kini adalah modal social dan cultural capital justru semakin hilang. Potensi yang ada tergerus budaya individualism, pragmatism, dan hedonism yang membawa negeri ini kian bertambah parah permasalahannya. Modal capital dan cultural capital inilah yang ternyata hilang.



Inferior dan mentalitas budak


Saat ini, kita menjadi bangsa yang sangat minim pertahanannya. Baik sisi cultural, ekonomi, social, politik, agrarian, dan lain-lain. Kita menjadi bangsa yang sangat welcome kepada pemodal asing dan pengaruh asing karena kita tidak memiliki daya juang, bahkan daya tahan kita tidak ada sama sekali sehingga kita cenderung menjadi bangsa yang inferior.
Kita begitu gagap dengan kedatangan china yang menyerbu dari berbagai sisi. Ekonomi, social, budaya, dan lain-lain. Kita juga begitu hormat kepada bangsa amerika yang begitu bergantung padanya. Begitupun kita tidak berdaya dengan gejala-gejala ekonomi yang berubah setiap saat di percaturan ekonomi dunia.
Oleh karena itu, sebenarnya kita membutuhkan suatu kekuatan untuk mewujudkan daya saing, yang akan membawa kita pada kejayaan Indonesia. Akan tetapi saat ini terasa sulit sekali, karena untuk mencapai daya saing, kita butuh daya juang yang tinggi, dan jangan sampai kita sampai pada mentalitas daya tahan,bahkan inferior.

Globalisasi memang suatu hal yang mutlak tidak bisa dielakkan, akan tetapi perlu kita antisipasi dengan strategi. Kunci menaklukkan globalisasi sebenarnya ada tiga hal diantaranya : daya saing, persaingan kompetitif, dan peningkatan kualitas. Dengan ketiga komponen inilah, kita bisa menaklukkan globalisasi menjadi sarana untuk mencapai kemakmuran bangsa kita.
Ketika kita belajar dari bangsa china, kita menemukan spirit yang luar biasa yang menjadi kunci china bisa menguasai dunia. Tidak lain dan tidak bukan adalah china mengembangkan perdagangan bebas, dengan karakter china. Karakter china itu tidak lain dan tidak bukan adalah mengembangkan perdagangan tanpa meninggalkan spirit agama yaitu konfusionisme.
Untuk itu, sebenarnya yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah pendidikan yang berimplikasi pada daya saing pada satu sisi, namun pada sisi lain adalah mengembangkan konsep pendidikan yang memadukan islam yang fungsional. Artinya, pendidikan tidak hanya diajarkan secara didaktis, akan tetapi sudah saatnya muhammadiyah dan amal usahanya mengembangkan studi keilmuan islam dan merumuskan epistimologi, maupun secara aksiologi tentang islam yang berkemajuan ini. Yang akan membawa kita tidak hanya pada tataran keilmuan, tetapi juga dalam tataran praksis, dan muhammadiyah perlu melakukan itu untuk mewujudkan islam yang mempunyai nilai maslahah bagi solusi permasalahan umat.


Peran UMS



Oleh karena itu, di usia 52 tahun UMS ini, sudah waktunya integrasi keilmuan yang mulai dibangun di UMS ini, dikembangkan menjadi studi keilmuan yang lebih intensif, yang lebih menjadikan mahasiswa UMS sebagai actor-aktor perubahan itu,sehingga cita-cita islam yang berkemajuan bisa dimulai di lingkungan akademisi.
Dengan membangun basis-basis keilmuan dan basis praksis yang dimulai dan diberikan dari lingkungan mahasiswa, cita-cita ke depan untuk mewujudkan islam yang berkemajuan akan bisa dirasakan muhammadiyah dan bangsa ini pada umumnya. Sebab dari perubahan intelektuallah, maka kita akan bisa merubah zaman dengan tidak melupakan islam sebagai fondasinya. Pembumian islam berkemajuan ini penting untuk merubah pandangan kita sikap kita dari mentalitas inferior, menjadi mentalitas daya tahan, sehingga bisa mencapai daya juang dan daya saing yang tinggi di kancah dinamika kebangsaan dan kemelut bangsa ini.

Tulisan dimuat di INFO UMS, Oktober 2010

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda