Sepercik Tentang Kejahatan Neoliberalisme
Secara bahasa arti dari neoliberalisme adalah sebuah faham yang berorientasi pada kebebasan gaya baru. Para ekonom neo-Liberal di tahun 1970-an berhasil menembus dominasi ilmu ekonomi. Di tahun 1974, Hayek dianugerahi Nobel Ekonomi. Sesudahnya Friedman mendapat Nobel Ekonomi di tahun 1976. Juga Maurice Allais, seorang anggota Mont-Pelerin Society, mendapat Nobel Ekonomi di tahun 1988. Sejak tahun 1970-an, neo-Liberal mulai berkibar. Sejak itu pulalah seluruh paradigma ekonomi secara perlahan masuk ke dalam cara berpikir neo-Liberal, termasuk ke dalam badan-badan multilateral, Bank Dunia, IMF dan GATT (kemudian menjadi WTO).
Secara prinsipil, neoliberalisme mengandung beberapa pengertian : Tiga poin dasar neo-Liberal dalam multilateral ini adalah: pasar bebas dalam barang dan jasa; perputaran modal yang bebas; dan kebebasan investasi. Ciri lain dari neoliberalisme antara lain: Kekayaan terpusat pada sekelompok, orang maupun sindikat bisnis raksasa, Mati dan lumpuhnya fungsi negara dalam layanan public, privatisasi atas semua sektor layanan publik (pendidikan dan kesehatan) Semua kekuatan kritis menghamba pada rezim pasar (media, intelektual dan gerakan sosial)
Hal ini seperti yang berawal di inggris seorang thatcher juga menggunakan privatisasi untuk memperlemah kekuatan Serikat Buruh. Dengan privatisasi atas sektor publik, maka Thatcher sekaligus memperlemah Serikat-Serikat Buruh di BUMN yang merupakan terkuat di Inggeris. Dari tahun 1979 sampai 1994, maka jumlah pekerja dikurangi dari 7 juta orang menjadi 5 juta orang (pengurangan sebesar 29%).
Kaum mafia Berkeley UI yang dulu neo-klasik, kini juga berpindah paham menjadi neo-liberal. Sekarang ini praktis kredo neo-liberal telah dipeluk oleh para menteri ekonomi saat ini. Menko perekonomian Aburizal Bakri, selain pengusaha besar juga punya Freedom Institute, lembaga pengibar paham neo-liberalisme. Menteri-menterinya juga satu paham dengan IMF, Bank Dunia dan ADB.
Praktek di Indonesia
Melihat Konteks indonesia, indonesia sudah ”menghamba ” pada neoliberalisme ini. Kita bisa melihat ini dari salah satu ciri dari neoliberalisme yaitu perputaran modal yang bebas, kita bisa melihat ini pada konsep MLM ( multi level marketing) tidak banyak orang Islam yang kemudian terjebak pada sistem ini karena dengan harapan akan membawa perubahan pada ekonomi pada dirinya.,padahal Nabi mengajarkan bahwa untuk menguasai perekonomian dengan berdagang bukan dengan mengakumulasi modal.
Kedua, Mati dan lumpuhnya fungsi negara dalam layanan public, privatisasi atas semua sektor layanan publik (pendidikan dan kesehatan). Hampir semua yang ada dalam kebutuhan sehari-hari kita dikuasai oleh neo-liberalisme ini, karena hanya konglomerat asinglah yang berhak menentukan kebijakan harga. Misal : harga fanta naik Rp.500 maka kita hanya bisa mengikuti saja.
Ketiga, selain dengan privatisasi,permainan modal, mereka juga mengubah mainstream orang indonesia. Semisal, cantik itu harus putih, kemudian Air harus beli, tanah boleh dijual/ diprivatkan, dan lain-lain. Lembaga yang begitu menonjol gencar memasukkan ideologi neo-liberalisme misalnya pada freedom institute milik abu rizal bakrie, dan Andi mallarangeng. Strategi neoliberalisme antara lain dengan :
1. Ber-iklan sebesar-besarnya (omset telkomsel:RP 14,593 triliun/september 2005 dengan belanja iklan Rp 272 milliar (2005)/ PT Unilever omset Rp 3,9 triliun/belanja iklan Rp 256 milliar
2. Melakukan penarikan konsumsi sebesar-besarnya melalui proyek hypermarket (Carrefour bisa meraih omset Rp 1 milliar/hari terutama pada akhir pekan dan hari libur)
3. Mengembangkan layanan sosial untuk masyarakat (total kekayaan 600 ribu oranf kaya di Indonesia: Rp 600 triliun diperkirakan Rp 3-6 triliun (5-10%)
4. Melakukan diskriminasi pelayanan terhadap semua sektor publik (pendidikan dan kesehatan)
Itulah yang dilakukan neo liberalisme pada negara ini, hal tersebut juga ada di lingkungan kota Solo. Misalnya adanya pembangunan center point, paragon, dan mall-mall di Solo. Yang merupakan ciri mendasar yangbisa kita lihat adalah berubahnya keinginan-keinginan manusia menjadi kebutuhan manusia.
1. Terakhir, ada beberapa strategi untuk melawan neoliberalisme tersebut antara lain : Melakukan pendidikan kritis dan kampanye tentang ekonomi pasar dan peta kekuatan modal
2. Mendorong lahirnya organ sosial yang memiliki basis sosial yang prural dan tuntutan politik yang hetrogen
3. Melakukan aksi pada isu-isu spesifik tentang penolakan proyek mercu suar (Pusat Perbelanjaan maupun Pendidikan mahal)
4.Melakukan tuntutan akan kembalinya fungsi negara sebagai penyedia layanan publik yang murah sekaligus bermutu.
Sebagai penutup, yakinlah bahwa kita perlu bersama-sama melawan neoliberalisme ini, musuh kita satu, yaitu neoliberalisme ini.
Secara prinsipil, neoliberalisme mengandung beberapa pengertian : Tiga poin dasar neo-Liberal dalam multilateral ini adalah: pasar bebas dalam barang dan jasa; perputaran modal yang bebas; dan kebebasan investasi. Ciri lain dari neoliberalisme antara lain: Kekayaan terpusat pada sekelompok, orang maupun sindikat bisnis raksasa, Mati dan lumpuhnya fungsi negara dalam layanan public, privatisasi atas semua sektor layanan publik (pendidikan dan kesehatan) Semua kekuatan kritis menghamba pada rezim pasar (media, intelektual dan gerakan sosial)
Hal ini seperti yang berawal di inggris seorang thatcher juga menggunakan privatisasi untuk memperlemah kekuatan Serikat Buruh. Dengan privatisasi atas sektor publik, maka Thatcher sekaligus memperlemah Serikat-Serikat Buruh di BUMN yang merupakan terkuat di Inggeris. Dari tahun 1979 sampai 1994, maka jumlah pekerja dikurangi dari 7 juta orang menjadi 5 juta orang (pengurangan sebesar 29%).
Kaum mafia Berkeley UI yang dulu neo-klasik, kini juga berpindah paham menjadi neo-liberal. Sekarang ini praktis kredo neo-liberal telah dipeluk oleh para menteri ekonomi saat ini. Menko perekonomian Aburizal Bakri, selain pengusaha besar juga punya Freedom Institute, lembaga pengibar paham neo-liberalisme. Menteri-menterinya juga satu paham dengan IMF, Bank Dunia dan ADB.
Praktek di Indonesia
Melihat Konteks indonesia, indonesia sudah ”menghamba ” pada neoliberalisme ini. Kita bisa melihat ini dari salah satu ciri dari neoliberalisme yaitu perputaran modal yang bebas, kita bisa melihat ini pada konsep MLM ( multi level marketing) tidak banyak orang Islam yang kemudian terjebak pada sistem ini karena dengan harapan akan membawa perubahan pada ekonomi pada dirinya.,padahal Nabi mengajarkan bahwa untuk menguasai perekonomian dengan berdagang bukan dengan mengakumulasi modal.
Kedua, Mati dan lumpuhnya fungsi negara dalam layanan public, privatisasi atas semua sektor layanan publik (pendidikan dan kesehatan). Hampir semua yang ada dalam kebutuhan sehari-hari kita dikuasai oleh neo-liberalisme ini, karena hanya konglomerat asinglah yang berhak menentukan kebijakan harga. Misal : harga fanta naik Rp.500 maka kita hanya bisa mengikuti saja.
Ketiga, selain dengan privatisasi,permainan modal, mereka juga mengubah mainstream orang indonesia. Semisal, cantik itu harus putih, kemudian Air harus beli, tanah boleh dijual/ diprivatkan, dan lain-lain. Lembaga yang begitu menonjol gencar memasukkan ideologi neo-liberalisme misalnya pada freedom institute milik abu rizal bakrie, dan Andi mallarangeng. Strategi neoliberalisme antara lain dengan :
1. Ber-iklan sebesar-besarnya (omset telkomsel:RP 14,593 triliun/september 2005 dengan belanja iklan Rp 272 milliar (2005)/ PT Unilever omset Rp 3,9 triliun/belanja iklan Rp 256 milliar
2. Melakukan penarikan konsumsi sebesar-besarnya melalui proyek hypermarket (Carrefour bisa meraih omset Rp 1 milliar/hari terutama pada akhir pekan dan hari libur)
3. Mengembangkan layanan sosial untuk masyarakat (total kekayaan 600 ribu oranf kaya di Indonesia: Rp 600 triliun diperkirakan Rp 3-6 triliun (5-10%)
4. Melakukan diskriminasi pelayanan terhadap semua sektor publik (pendidikan dan kesehatan)
Itulah yang dilakukan neo liberalisme pada negara ini, hal tersebut juga ada di lingkungan kota Solo. Misalnya adanya pembangunan center point, paragon, dan mall-mall di Solo. Yang merupakan ciri mendasar yangbisa kita lihat adalah berubahnya keinginan-keinginan manusia menjadi kebutuhan manusia.
1. Terakhir, ada beberapa strategi untuk melawan neoliberalisme tersebut antara lain : Melakukan pendidikan kritis dan kampanye tentang ekonomi pasar dan peta kekuatan modal
2. Mendorong lahirnya organ sosial yang memiliki basis sosial yang prural dan tuntutan politik yang hetrogen
3. Melakukan aksi pada isu-isu spesifik tentang penolakan proyek mercu suar (Pusat Perbelanjaan maupun Pendidikan mahal)
4.Melakukan tuntutan akan kembalinya fungsi negara sebagai penyedia layanan publik yang murah sekaligus bermutu.
Sebagai penutup, yakinlah bahwa kita perlu bersama-sama melawan neoliberalisme ini, musuh kita satu, yaitu neoliberalisme ini.